Drone Kayu untuk Pemetaan DAS dan Hutan ala Swandiri Institute

Drone Kayu untuk Pemetaan DAS dan Hutan ala Swandiri Institute

Teknologi Pemantauan yang Dapat Digunakan oleh Masyarakat Perdesaan

Menurut Arif, membangun kapasitas masyarakat, khususnya warga perdesaan, mutlak dilakukan agar mereka cerdas dan berdaya guna, agar dapat menggunakan teknologi drone secara mandiri.

“Sekarang kita sudah lakukan berbagai upaya yang dibutuhkan masyarakat desa. Warga diasupi ilmu sekaligus menuntun melakukan pemetaan hutan adat dan wilayah kelola mereka,” ucapnya. Teknologi drone yang digagas Swandiri saat ini sudah mulai dipakai oleh masyarakat di pedalaman Kalimantan.

Melalui drone, DAS Kapuas diketahui memiliki danau-danau hidrolik. Bukan hanya Danau Sentarum seperti diketahui publik saat ini. Selain itu, drone dapat memperkuat pemetaan partisipatif masyarakat. Sedangkan tata guna lahan bisa dipotret dengan sangat jelas, terutama tata ruangnya. Hal ini dianggap masih bersinergi dengan Undang-Undang Desa.

Lantaran animo masyarakat yang begitu tinggi, Swandiri Institute akhirnya mendirikan sekolah drone di Pontianak. “Siswanya adalah warga desa dari pedalaman Kalbar. Kita ajari teori di kelas, sekaligus praktik terbang di desa masing-masing. Tapi kita tegaskan sekali lagi, drone ini bukan tujuan. Ia hanya alat yang digunakan untuk membantu masyarakat menjawab sejumlah tantangan yang dihadapi warga di pedalaman,” jelasnya.

Arif menjelaskan bahwa sejauh ini, drone yang dirakit Swandiri Institute sudah ada dua jenis. Masing-masing multicopter dan fixed wing. Kalau menggunakan pesawat, bisa mencapai 500 hektar untuk satu jam penerbangan. Dalam sehari, bisa terbang hingga lima kali. Kalau sekadar buat land survey, drone punya kamampuan hingga 50 kilometer sekali terbang,” urainya.

Harga teknologi ini bisa ditekan hingga terjangkau lantaran hanya motor dan kameranya saja yang asli. Sedangkan spesifikasi lainnya seperti bodi pesawat, dirakit dari barang-barang bekas seperti gabus atau kayu. “Tidak mungkinlah masyarakat desa mau membeli alat ini hingga Rp300-an juta. Tapi kalau cuma Rp10 juta – Rp15 juta, mampulah,” kata Arif sambil mengumbar senyum dan pamitan melanjutkan perjalanan ke pedalaman Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau.

Sumber: http://www.indonesiaberprestasi.web.id/dari-redaksi/drone-kayu-untuk-pemetaan-das-dan-hutan-ala-swandiri-institute/

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.