Selayang Pandang Kota Medan

Selayang Pandang Kota Medan
Medan: Medan merupakan Ibu Kota Sumatra Utara yang terkenal dengan Danau Toba-nya. Namun jangan salah, Medan memiliki banyak potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi dan dipelajari.
 
Kali ini, Yovie Widianto dan Renitasari Adrian akan mengajak kita berjalan-jalan di pintu gerbang Sumatra Utara itu. Tujuan pertama yaitu Istana Maimun yang merupakan ikon sekaligus kebanggaan kota dan warga Medan.
 
Istana ini berlokasi di Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan. Bangunannya didominasi warna kuning, yang merupakan warna khas Melayu, memiliki luas 2.772 m2 dan 30 ruangan.
 
Setibanya di Istana Maimun, Yovie dan Renitasari disambut merdunya musik tradisional Melayu dari Gendang Melayu. Alat musik ini terbuat dari kulit binatang seperti kerbau, kambing atau lembu.
 
Jika didengar secara cermat, musik dari Gendang Melayu memiliki tempo berbeda-beda. Ada tempo lambat, sedang dan cepat. Alunan musiknya sangat merdu hingga embuat Yovie dan Renitasari terksesima.
 
Usai mendengarkan Gendang Melayu, Yovie dan Renitasari bertemu dengan juru kunci Istana Maimun, Teuku Hamzah. Ia bercerita sejarah berdirinya istana yang merupakan warisan dari Kesultanan Deli itu.
 
Istana Maimun merupakan salah satu dari sekian istana yang paling indah di Indonesia. Istana ini memiliki arsitektur yang unik dengan perpaduan beberapa unsur kebudayaan Melayu bergaya Islam, Spanyol, India dan Itali.
 
"Bangunan ini arsiteknya adalah orang Belanda. Ada sentuhan Timur Tengah yang menandakan keislaman," jelas juru kunci yang masih berkerabatan dengan kesultanan ini.
 
Pendirinya yaitu Sultan Maimun Al Rasyid Perkasa Alamsyah, keturunan raja ke-9 Kesultanan Deli. Istana ini dibangun pada 26 Agustus 1888 dan baru diresmikan pada 18 Mei 1891.
 
Di Istana Maimun, pengunjung bisa melihat beragam peninggalan sejarah masa lampau, seperti foto-foto keluarga Sultan, berbagai jenis senjata, kursi singgasana Sultan, dan perabot rumah tangga kuno. Pengunjung juga bisa berfoto menggunakan baju khas Melayu.
 
Di istana yang juga disebut dengan Istana Putri Hijau ini, terdapat sanggar tari yang manmpilkan tarian tradisional Melayu. Yovie berkesempatan menikmati Tari Lenggok Mak Inang yang dibawakan dua orang, yakni laki-laki dan perempuan.
 
Tari Lenggok Mak Inang menceritakan pertemuan antara bujang dan dara, perjalanan kasih mereka, hingga akhirnya melangsungkan pernikahan.
 
Ketika hari menjelang sore, Yovie mengajak kita mencicipi kuliner di Rumah Makan Warisan Tempoe Doeloe. Rumah makan ini memasang perabotan antik dari kayu, yang memang menjadi khas Tempoe Doeloe, bagi para pengunjungnya.
 
Beragam makanan khas wajib dicicipi di sini, ada sambal tuktuk yang terdiri dari bawang dan cabe hijau, balado udang Batak, dan pecah hijau. Dijamin, Anda akan ketagihan seperti Yovie.
 
Sementara itu, Renitasari lebih memilih mengunjungi museum kain tenun tradisional milik kolektor ulos, Torang Sitorus. Museum yang dinamai `Sumatera Loom Gallery` ini diresmikan Okke Hatta Rajasa, istri Hatta Rajasa, pada 2014.
 
Sumatera Loom Gallery merupakan ruang pamer yang menjadi etalase beragam kain tenun tradisional dari berbagai daerah di Sumatra. Ruang pamer yang berlokasi di Jalan Sultan Hasanuddin Nomor 28, Kota Medan, ini menyimpan lebih dari 500 helai kain tenun, termasuk kain ulos Batak (Sumatra Utara), kain songket Minangkabau (Sumatra Barat), dan kain songket Palembang (Sumatra Selatan).
 
Sumber : http://hiburan.metrotvnews.com/read/2015/07/22/149712/selayang-pandang-kota-medan

Leave a Reply

Your email address will not be published.