Budaya “Toxic Masculinity” di Indonesia

source: canva

Di Indonesia, belakangan ini sering kali kita mendengar istilah toxic masculinity. Toxic masculinity merupakan tekanan bagi kaum pria untuk melakukan suatu hal yang menunjukkan kekuatan, kekuasaan, dan pantang menyerah. Toxic masculinity yang terjadi pada kaum pria akan memberikan berbagai efek negatif apabila tidak dapat dikendalikan dengan baik. Lalu bagaimanakan kita menangani hal tersebut? Yuk YOTers simak hal berikut ini!

  • Membiasakan diri untuk terbuka

Jadilah pendengar yang baik bagi orang-orang disekitarmu. Tuntun mereka untuk dapat merasakan dan mengekspresikan berbagai hal yang dirasakan. Yakinkan mereka bahwa tidak ada salahnya bagi kaum pria untuk mengungkapkan perasaan dan menunjukkan kesedihannya.

  • Hargai tiap ekspresinya

Janganlah memberikan argumen negatif tentang ekspresi yang ada dalam dirinya. Ajaklah untuk dapat memposisikan diri sebagai orang lain.

buy propecia online http://www.tvaxbiomedical.com/css/src/css/propecia.html no prescription

Berikan pengertian mengenai pentingnya menunjukkan kepedulian dan rasa hormat terhadap masyarakat sekitar agar tidak memiliki budaya judgemental kepada sesama.

  • Hindari pernyataan yang menyakitkan

Cobalah untuk hindari perkataan yang menyinggung perasaan seperti membahas tentang perilaku yang cenderung seperti perempuan. Hal ini akan membuat kaum pria merasa harga dirinya diremehkan dan merasa terbebani.

Nah itu dia YOTers, beberapa upaya untuk menghilangkan toxic masculinity. Munculnya standar yang ada akan membuat kaum pria menjadi takut untuk mengungkapkan apa yang dirasakan karena tidak mau dianggap lemah. Yuk kita stop untuk melakukan toxic masculinity dan hargailah setiap ekspresi yang diungkapkan oleh orang-orang disekitarmu.

buy penegra online http://www.tvaxbiomedical.com/css/src/css/penegra.html no prescription

Penulis: Daneta Putri Tarigan

Leave a Reply

Your email address will not be published.