Disenfranchised Grief, Perasaan yang Seringkali Diabaikan

Disenfranchised grief adalah

Kebanyakan orang mengalami perasaan duka ketika kehilangan sesuatu yang dianggap berharga dan disayangi. Kesedihan pun hadir dan rasanya bisa sangat menyakitkan. Dalam situasi ini, individu yang berduka butuh dukungan sosial dari orang-orang terdekatnya.

Akan tetapi, bagaimana jadinya jika orang-orang terdekat tidak memberi dukungan? Bahkan, mereka terkesan bertindak seolah tidak mengakui perasaan duka yang sedang dirasakan individu tersebut. Ini bisa mengakibatkan disenfranchised grief atau kesedihan yang tidak diakui.

 

Apa Itu Disenfranchised Grief?

Disenfranchised grief adalah kondisi ketika seseorang kehilangan sesuatu yang penting bagi hidupnya, tetapi rasa kehilangan tersebut tidak dihargai atau diakui oleh orang lain. Hal ini karena caranya berduka dianggap tidak sesuai dengan parameter normal dalam masyarakat.

 

Penyebab Disenfranchised Grief

Ada beberapa faktor yang menyebabkan disenfranchised grief, di antaranya:

  • Hubungan tidak dianggap signifikan, sehingga kesedihan individu yang bersangkutan tampak tidak proporsional.
  • Kurangnya pemahaman sosial tentang suatu hubungan, membuat orang lain kesulitan mengidentifikasi dan memvalidasi kesedihan individu terkait.
  • Suatu hubungan dianggap sebagai pengetahuan umum, sehingga orang lain tidak mampu memahami perasaan berduka yang dirasakan individu tersebut.
  • Individu yang dimaksud mungkin mengungkapkan kesedihannya dengan cara yang tidak sesuai dengan perilaku berduka yang diharapkan seperti yang berlaku di masyarakat.

Disenfranchised grief sering dialami oleh individu atau sekelompok orang termasuk anggota minoritas ras, etnis, atau agama yang berbeda. Hal ini bisa diakibatkan oleh nilai-nilai patriarki, supremasi warna kulit yang mengakar di masyarakat, bahkan media.

 

Baca Juga:

 

Tipe Disenfranchised Grief

  • Hubungan yang tidak diakui: Misalnya, orang yang biasanya tinggal bersama (teman atau pacar) memutuskan untuk pergi.
  • Kasus ketika kesedihan tidak diakui: Rasa sedih akibat perceraian, dipecat dari pekerjaan, atau kematian rekan kerja mungkin tidak diakui oleh orang lain sebagai “kesedihan yang wajar”.
  • Kasus saat orang yang berkabung tidak diakui: Hal ini dapat menimpa orang yang memiliki kondisi cacat perkembangan. Perasaan mereka terhadap kehilangan cenderung diabaikan.
  • Kematian yang mengandung stigma: Ini misalnya berhubungan dengan kematian akibat bunuh diri, aborsi, atau kecanduan.
  • Ketika proses berduka tidak sesuai dengan norma masyarakat: Dapat mencakup perbedaan budaya atau kesedihan berkepanjangan.

 

Penanganan Disenfranchised Grief

Disenfranchised grief nyatanya dapat diatasi dengan melibatkan usaha nyata bersama pihak-pihak pendukung. Ini dapat dilakukan dengan membangun interaksi dengan anggota keluarga atau teman yang dapat dipercaya. Selanjutnya terlibat dalam ritual keagamaan seperti berdoa, bermeditasi, atau berdiskusi dengan tokoh pemuka agama. Hal yang tidak kalah penting adalah bergabung dengan kelompok pendukung dan mencoba perawatan berbasis terapi.

Penyedia layanan kesehatan mental mungkin akan merekomendasikan jenis terapi yang dinilai terbaik untuk membantu mengatasi permasalahan kliennya. Bentuk terapi yang dapat membantu mengatasi disenfranchised grief termasuk:

  • Terapi perilaku kognitif (CBT).
  • Terapi penerimaan dan komitmen (ACT).
  • Terapi naratif.
  • Terapi seni.
  • Terapi kelompok.
  • Brainspotting.

 

Disenfranchised grief adalah kondisi yang sebaiknya tidak kamu remehkan. Maka dari itu, jika dirasa telah berlebihan maka  lebih baik periksakan diri, ya!

 

Butuh Inspirasi?

Jika kamu ingin mendapatkan informasi dan motivasi lainnya, bisa kunjungi konten tentang self development, tips karir, dan masih banyak lagi hanya di Youtube Young On Top di bawah ini.