Entrepreneur Muda Eugenie Patricia, Bangun Puyo Dessert di Usia 19 Tahun

Puyo dessert

Kisah inspirasi Eugenie Patricia Agus berawal dari membangun bisnis dengan nama Puyo Dessert. Dia membangun bisnis makanan penutup tersebut bersama sang kakak Adrian Christopher Agus.

Siapa yang sangka jika ide bisnis besar dapat datang dari mana saja. Dengan insting wirausaha serta kegigihan yang dimiliki oleh kakak beradik, Adrian dan Eugene, resep puding sederhana milik sang ayah dapat diinovasi menjadi kuliner yang digandrungi oleh konsumen. 

 

Awal Mula Bisnis

Adrian, yang waktu itu berusia 22 tahun, dan Eugenie yang berusia 19 tahun, melakukan sejumlah eksperimen terhadap makanan yang dibuat oleh sang ayah. Mereka memberi kesempatan kepada sejumlah orang untuk mencicipi makanan buatan sang ayah. Menanyakan orang-orang itu apa yang enak dan khas dari produk tersebut. Menanyakan pula hal apa saja yang masih kurang dan harus terus dikembangkan.

Proses riset yang mereka lakukan tidak memakan waktu lama. Mereka tak mau ini berhenti di ide saja. Mereka juga berpacu dengan waktu untuk mengeksekusi, merealisasikan, dan akhirnya menjual produk makanan penutup dengan merek Puyo Silky Dessert pada 10 Juni 2013. Penjualan perdana makanan Puyo ini dilakukan lewat media sosial Instagram.

 

Bercita-cita Menjual Produk di Mal

Walau masih berusia belia, mereka punya cita-cita tinggi untuk bisa menjual produk di mal, bukan hanya di level Instagram.

“Jadi, di awal banget kita bikin Puyo, Adrian dan aku punya impian, kita tidak hanya jadi brand yang jualnya di Instagram. Kita mau jadi brand yang bersaing dengan brand internasional yang masuk ke dalam mal,” ujar Eugenie yang merupakan lulusan ilmu bisnis di Universitas Prasetya Mulya, Jakarta.

Peluncuran produk dengan tekstur yang lembut ini dibarengi dengan semangat menyajikan rasa enak yang konsisten, berkualitas, dan harga yang terjangkau.

 

Baca Juga

 

Bukan Puding tapi Silky Dessert

Cikal-bakal Puyo memang puding. Tapi, Eugenie Patricia tidak mau jika Puyo disebut puding. Dia bilang tekstur Puyo berbeda dengan puding lain. Puyo dibangun dengan citarasa yang lembut dan dia menolak jika Puyo disebut puding.

“Kita enggak mau orang pas ngomong, “Ini apa?” Lalu dijawab, ‘Puding!’ Karena orang sudah tahu rasa puding atau tekstur puding itu kira-kira seperti apa. Yang kita lakukan, ya, ini adalah silky dessert. Beda dari dessert-dessert lain,” jelasnya kepada kumparan di event Maker Fest 2018 Jakarta.

Berkat usaha dan kerja keras mereka, pada tahun 2019 jumlah outlet Puyo Dessert mencapai 56 yang tersebar di Jabodetabek, Karawang, Bandung sebanyak 53 outlet, dan 3 outlet di Surabaya.

 

Butuh Inspirasi?

Jika kamu ingin mendapatkan informasi dan motivasi lainnya, bisa kunjungi konten tentang self development, tips karir, dan masih banyak lagi hanya di Youtube Young On Top di bawah ini.