Ini Tantangan Pekerja Wanita Saat Menjadi Minoritas di Antara Pria

Ini Tantangan Pekerja Wanita Saat Menjadi Minoritas di Antara Pria
Jakarta – Bidang pertambangan, mesin, dan IT biasanya didominasi oleh karyawan pria, tetapi ada pula wanita terjun di dalamnya. Ada anggapan yang mengatakan bahwa menjadi wanita di tengah dominasi kaum pria akan selalu diistimewakan. Namun hal tersebut tak selamanya benar, mereka juga harus berhadapan dengan berbagai kendala dan tantangan yang menghadang.
 
Seperti yang dialami oleh Shabrina Fadhilah, ia seringkali mendapat perlakuan layaknya seorang puteri raja karena merupakan salah satu dari lima wanita yang ada di perusahaannya. Tetapi hal itu tidak lantas membuat wanita 23 tahun itu lengah, wanita yang bekerja sebagai inspektur instalasi bejana bertekanan di salah satu perusahaan jasa inspeksi dan sertifikasi untuk minyak dan gas justru menganggapnya itu adalah sebuah tantangan.
 
"Karena kita mendapat perlakuan istimewa, justru kita harus pintar supaya orang-orang tidak menganggap kalau karier kita hanya bermodalkan wajah saja. Jadi harus belajar terus biar bisa bersaing secara otak dan logika juga harus dipertajam," ungkapnya saat dihubungi Wolipop, Selasa, (12/8/2015).
 
Berbeda dengan Rastra Hayu Lumanti yang bekerja di bidang pertambangan. Wanita yang akrab disapa Raras ini seringkali merasa kesulitan untuk membuktikan pada rekannya bahwa seorang wanita pun juga bisa diandalkan untuk urusan pekerjaan.
 
"Yang agak susah membuktikan kepada pria kalau kita, seorang wanita, juga bisa bekerja seperti pria. Saya sering mengalami saat meeting, ada perbedaan pendapat dan saling 'ngotot'. Tapi memang seharusnya tidak usah diambil hati," tuturnya pada Wolipop, Kamis, (13/8/2015).
 
Terkadang, kemampuan pria dan wanita juga berbeda. Maka dari itu wanita juga harus bisa mengejarnya dengan memperbanyak belajar serta berlatih. Hal ini juga dirasakan oleh Monica Carolina yang mantap berkarier menjadi seorang gamer wanita profesional sejak tahun 2008 silam.
 
"Tantangan yang saya rasakan itu harus beradu skill dengan pria. Makanya saya sering latihan bermain game tiga sampai lima jam setiap hari. Pria juga sifatnya lebih ambisius dan kompetitif, itu yang menjadikan acuan saya untuk tetap fokus bermain game," ceritanya.
 
Sedangkan menurut Aulia Halimatussadiah yang merupakan salah satu pencetus startup lokal di Indonesia, cara belajar wanita dan pria tentu berbeda. Dalam dunia IT yang digelutinya, kebanyakan metode pembelajaran menggunakan cara pria, sehingga pada saat dirinya menggunakan cara belajar ala wanita, ia merasa sangat bodoh karena berbeda.
 
"Wanita itu kan inginnya lebih fun dan jelas wujudnya, jadi kalau coding harus kelihatan hasilnya. Tapi kalau pria, dia lihat coding berhasil saja sudah senang, menurutku di situ kendalanya," papar wanita yang akrab disapa Ollie ini saat berbincang dengan Wolipop di Grand Indonesia beberapa waktu lalu.
 
Karena cara pengajaran yang berbeda dan kemudian disamaratakan itulah, banyak wanita yang tidak memiliki passion untuk menekuni IT. Bahkan kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa dunia IT itu membosankan.
 
Sumber : http://wolipop.detik.com/read/2015/08/14/132135/2992117/1133/ini-tantangan-pekerja-wanita-saat-menjadi-minoritas-di-antara-pria

Leave a Reply

Your email address will not be published.