Jangan Buang Sampah Sembarangan

Jangan Buang Sampah Sembarangan

Sejak masih anak-anak usia TK, bahkan pendidikan di rumah saat anak masih kecil belum sekolah sudah diajari : Buang sampah pada tempatnya! Di sekolah juga sudah selalu diingatkan : Jangan buang sampah sembarangan! Di tempat-tempat umum juga banyak tulisan : Dilarang buang sampah sembarangan! Jagalah Kebersihan! Belum lagi tempat sampah tersebar di mana-mana. Bahkan ada undang-undangnya, sehingga ada sanksi bagi orang yang membuang sampah sembarangan. Kurang apa lagi? Kenyataannya masyarakat Indonesia  masih rendah kesadarannya akan kebersihan.

Kebiasaan membuang sampah sembarangan masih terjadi di mana-mana, dan dilakukan oleh kalangan manapun. Kalangan terpelajarpun kerap juga masih melakukannya. Orang-orang dengan tingkat kehidupan yang mapan juga masih menganggap membereskan sampah adalah kewajiban pasukan kuning. Di kalangan masyarakat yang kurang peduli kebersihan, buang sampah di manapun tak masalah. Kalau sudah selokannya buntu dan sungainya penuh sampah baru dilakukan upaya.

Pada saat lebaran, Sholat Idul Fitri biasanya di lakukan di lapangan terbuka dengan jumlah jamaah yang begitu besar. Rata-rata umat sudah membawa koran dari rumah sebagai alas sajadah yang mereka gunakan. Tetapi sepulang dari sholat rata-rata koran yang mereka bawa ditinggal di tempat begitu saja. Andai saja, panitia penyelenggara menyediakan tempat-tempat pembuangan dan diumumkan diakhir acara sholat agar para umat mengumpulkan koran bekas pakai pada tempat yang tersedia maka himbauan ini akan menggiring para umat untuk melakukan hal tersebut. Kebersihan terjaga dan tidak memberi tugas berat pada petugas kebersihan. Keindahan lingkungan dilakukan secara gotong royong. Sangat efisien dan efektif bukan?

Ide di atas muncul di pikiran saya karena saat saya beribadah di gereja setiap Minggu, dari mimbar saat pengumuman di bacakan di akhir acara ibadat, petugas gereja selalu menghimbau kepada umat agar tidak meninggalkan sampah di dalam gereja, dan himbauan untuk menjaga kebersihan lingkungan gereja tak bosan-bosannya dikumandangkan terus menerus. Ternyata ada efek positifnya, umat yang tadinya tak peduli kebersihan jadi berubah, pengumuman itu mengingatkan umat untuk mau peduli menjaga kebersihan lingkungan. Di mana orang banyak berkumpul pasti di sana juga ada banyak kepentingan, sama halnya di gereja. Umat di gereja, sering meninggalkan tissue di bangku gereja, bungkus makanan anaknya dan bekas botol susu serta lain-lainnya.

Saat ini di berbagai kalangan dan lingkungan sosial, kesadaran membuang sampah pada tempatnya belum menjadi suatu kebiasaan yang tidak membebani. Masyarakat Indonesia pada umumnya cenderung rendah kepeduliannya pada kebiasaan dirinya sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya. Asal lempar sampah di tempat masih kerap terjadi, tanpa mimik wajah bersalah. Ah… nanti kan ada yang membersihkan! Pemikiran seperti ini masih ada di pikiran mereka. Di beberapa negara lain ketika kita makan di restoran siap saji, setiap orang berkewajiban membuang sisa makanannya di kedalam tempat sampah yang tersedia, di Indonesia cenderung ditinggalkan begitu saja, dan dibereskan oleh petugas. Kan sudah bayar, masak disuruh membereskan? Inilah anggapan yang membuat kita berkesadaran rendah untuk menjaga kebersihan.

Di toilet juga begitu, padahal sudah ada tempat sampah tissue yang tinggal injak langsung buka sendiri, tetapi masih selalu terlihat tissue berserakan. Belum lagi bau pesing menyengat karena air seni berceceran di lantai toilet. Tempat dudukan kloset yang baret-baret karena injakan sepatu. Waduh, apa tidak tahu kalau cara menggunakannya dengan duduk, bukan jongkok? Petunjuknya itu lho, terpampang jelas! Kalau memang jijik, ya jangan diduduki, cukup nungging aja. Tidak perlu merusak tatakan klosetnya kan! Sudah tahu itu WC kering, ternyata air juga masih tercecer di mana-mana. Wow, joroknya ya….! Mengapa terjadi begini, karena tidak ada kepedulian. Tidak ikut memiliki tempat itu, hanya asal pakai dan lagi bayar kan! Toilet-toilet di tempat umum menjadi bersih bukan karena pengunjungnya ikut menjaga kebersihan, tetapi banyak bergantung upaya petugas kebersihan yang berjaga saat itu.

Saya hanya berpikir sederhana, andaikan saja setiap orang punya kesadaran masing-masing untuk menjaga kebersihan pasti lingkungan kita ini, nyaman, bersih dan sehat. Pada kenyataannya pendidikan kebersihan yang diajarkan sejak kecil di rumah, di sekolah dan slogan-slogan yang ditempel di tempat umum, seperti lewat begitu saja, tidak ada efeknya. Kebersihan di Indonesia masih menjadi tanggungan pihak ketiga, orang-orang yang ditugaskan untuk menjaga kebersihan. Itu tugas mereka. Petugas kebersihan masih menjadi profesi yang diandalkan untuk menjaga kebersihan di suatu tempat, bukan tanggung jawab pribadi di dalam menjaga kebersihan di manapun ia berada.

Sampai kapan kita mau seperti ini terus? Tak heran, bila dari waktu ke waktu wajah sebuah kota selalu ada sudut kumuhnya. Indonesia punya penghargaan untuk kota yang bersih dengan penghargaan Adipura. Penghargaan Adipura harus menjadi kebanggaan warga kota dan kesadaran warganya untuk punya kepedulian tentang kebersihan lingkungan di manapun berada. Tetapi kenapa mental masyarakatnya juga tidak dibenahi. Masyarakat harus selalu ditingkatkan kesadaran dirinya, digiring, dilibatkan untuk menjaga kebersihan kapanpun, dimanapun dia berada, dan dimulai dari dirinya sendiri. Sudah saatnya di berbagai kegiatan dan acara, himbauan untuk membuang sampah di tempatnya dan menjaga kebersihan lingkungan harus selalu dikumandangkan dan dikoordinasi, sehingga suatu saat akan menjadi kebiasaan dalam diri setiap orang untuk menjaga kebersihan lingkungannya di manapun berada. Beberapa tahun ke depan, kebiasaan ini akan ditularkan ke generasi berikutnya. Mereka menjadi warga yang sadar kebersihan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya dengan sebuah kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan secara gotong royong yang dimulai dari diri sendiri.

Saya pribadi selalu menerapkan menjaga kebersihan kapanpun, dimanapun dan dimulai dari diri saya sendiri, terinspirasi dari sebuah tulisan yang tergantung di dinding toilet sebuah asrama : “Tinggalkan tempat ini sama seperti ketika Anda menemukannya” Dan benar, toilet ini selalu bersih dan tidak berbau. Tulisan tersebut mengingatkan penggunanya untuk selalu menjaga kebersihan toilet tersebut.

 

Sumber http://green.kompasiana.com/polusi/2014/08/03/jangan-buang-sampah-sembarangan-masih-harus-selalu-diingatkan-671246.html

Leave a Reply

Your email address will not be published.