Kekurangan Jurusan Psikologi yang Perlu Kamu Ketahui, Yakin Masih Mau?

Kekurangan jurusan psikologi

Apakah YOTers senang mengenali atau menganalisis kepribadian orang sekitar? Jika jawabannya iya, maka jurusan yang satu ini sangat cocok untuk YOTers. Jurusan psikologi termasuk jurusan yang memang memiliki banyak peminat. Selain mempelajari tentang perilaku dan kepribadian manusia, lapangan pekerjaan untuk lulusan jurusan ini pun terbuka lebar, begitu pula dengan pilihan jalur karir yang beragam.

Namun, jika biasanya dibahas mengenai kelebihan dari jurusan psikologi, kali ini YOT akan mengajak YOTers untuk mengulik secara singkat apa saja kekurangan dari jurusan psikologi ini. Penasaran, kan? Yuk, simak ulasannya!

 

1. Hanya Cocok untuk Kamu yang People Person

Psikologi merupakan jurusan yang sangat berkaitan erat dengan mental, pikiran, dan juga tingkah laku manusia. Itu artinya, jurusan yang satu ini memang sangat people oriented. Bahkan, prospek kerja dari jurusan ini pun banyak sekali melibatkan interaksi dan kolaborasi dengan orang lain.

Salah satu contohnya profesi konselor dan psikolog. Seorang konselor atau psikolog menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan orang lain, baik itu menangani klien secara langsung ataupun berdiskusi dengan rekan kerja sesama terapis.

 

2. Sering Dikira Peramal atau Cenayang

Banyak orang yang berpikir jika orang yang belajar Psikologi pasti dapat membaca pikiran orang, memprediksi perilaku, dan sebagainya. Istilah-istilah seperti ini yang berulang-ulang membuat persepsi bahwa ilmu Psikologi hanya menggunakan common sense dan tidak ilmiah.

 

Baca Juga:

 

3. Tidak Cukup Sampai S1?

Lulusan jurusan psikologi memang memiliki banyak prospek pekerjaan. Namun, jika kamu hanya lulusan sarjana Psikologi (S.Psi), kamu hanya bisa bekerja di instansi yang memberikan layanan psikologis sebagai terapis, content specialist, penulis lepas, dan lainnya. Kamu juga bisa menjadi HR (Human Resources) di perusahaan-perusahaan rintisan.

Namun, jika kamu bercita-cita untuk menjadi seorang psikolog, maka kamu harus melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk menjadi psikolog klinis yang menangani orang-orang dengan gangguan mental seperti depresi, kecemasan dan lainnya, tidak hanya S2 yang dibutuhkan, namun juga masa magang yang membutuhkan waktu dua tahun. Bagaimana? Cukup menyita waktu, bukan?

 

4. Rawan Mengalami Burnout

Burnout merupakan kondisi di mana seseorang merasakan stres akibat pekerjaan atau kegiatan yang dijalankan sehari-hari. Nah, untuk kamu yang berniat menjadi seorang konselor, psikolog, atau terapis yang kesehariannya menangani permasalahan hidup orang lain, burnout jadi lebih memungkinkan.

Mengapa demikian? Tentu saja karena kamu tak hanya merasakan beban hidup semndiri, melainkan juga orang lain. Kamu akan membantu banyak orang dalam menangani permasalahannya, atau mungkin hanya sekedar tempat bercerita. Itulah mengapa di awal juga disinggung bahwa jurusan ini memang sangat cocok untuk orang yang people oriented. Maka dari itu, orang yang bergelut di bidang ini sangat membutuhkan keterampilan manajemen stres dan pengelolaan emosi yang baik.

Jadi, apakah kamu tetap ingin measuk ke jurusan yang satu ini? Well, setiap jurusan pasti memiliki kekurangannya masing-masing ya. Nah kalau kekurangan jurusan psikologi ini bagaimana menurut YOTers?

Baca Juga:

 

Butuh Inspirasi?

Jika kamu ingin mendapatkan informasi dan motivasi lainnya, bisa kunjungi konten tentang self development, tips karir, dan masih banyak lagi hanya di Youtube Young On Top di bawah ini.