Ketika Pemimpin adalah Seorang Wanita, Apa Tantangannya?

pemimpin seorang wanita

Di era globalisasi ini, wanita menduduki jabatan pemimpin bukanlah hal yang asing lagi. Banyaknya gerakan kampanye kesetaraan gender membuat masyarakat lebih aware dalam memilih pemimpin yang memang capable, bukan lagi hanya berdasarkan pada apakah ia laki-laki ataukah perempuan. Survei mengenaipemimpin seorang wanita dan kepemimpinan yang dilakukan oleh Pew Research Center menyatakan bahwa 34% pekerja amerika setuju wanita lebih unggul daripada pria dalam hal kejujuran dan etika. Pemimpin wanita juga dikenal dapat mengambil keputusan yang berani dan bijaksana. Hasilnya, sebuah organisasi yang dipimpin oleh wanita dapat memiliki tim yang kooperatif.

Di Indonesia sendiri, ada beberapa perusahaan yang menempatkan wanita sebagai CEO-nya. Misalnya Putri Kuswisnuwardhani sebagai CEO PT. Mustika Ratu, Atiek Nur Wahyuni sebagai Direktur Utama Trans TV dan Trans7, serta Dian Siswarini sebagai CEO PT. XL Axiata. 

Sumber foto: tribunnews.com

Selain itu, ada banyak wanita Indonesia yang sangat berprestasi dan diakui kehebatannya. Misalnya Sri Mulyani, Menteri Keuangan kita saat ini yang dulunya pernah menjadi pelaksana direktur bank dunia. Kemudian, ada Najwa Shihab yang terkenal oleh pikiran kritis dan keberaniannya menjadi seorang jurnalis, serta Tri Rismaharini yang pernah dinobatkan menjadi wali kota terbaik ketiga di dunia versi World City Mayors Foundation karena telah berhasil mengubah Kota Surabaya menjadi lebih tertata dan rapi.

Sumber foto: liputan6.com

Namun, walaupun banyak prestasi yang ditorehkan oleh para pemimpin wanita, tidak dapat dipungkiri bahwa banyaknya stigma dari masyarakat membuat posisi wanita sebagai pemimpin masih sering dipertanyakan. Ada beberapa tantangan yang dialami oleh seorang wanita ketika ia menjadi pemimpin.

  1. Ketidaksetaraan. Banyaknya stigma di masyarakat yang menganggap wanita tidak bisa memimpin dan tidak cocok menjadi pemimpin membuat wanita menjadi ragu akan keputusannya untuk menjadi pemimpin. Bagi setiap calon pemimpin wanita di luar sana, teruslah kejar apa yang diinginkan dan buktikan bahwa wanita layak menjadi pemimpin.
  2. Mengatasi perfeksionisme. Perfeksionisme menjadi salah satu tantangan bagi pemimpin wanita di era ini. karena perfeksionisme dapat merampas rasa percaya diri yang mereka punya.
  3. Banyaknya peran sebagai wanita. Wanita memiliki peran dalam mnegurus rumah tangga, mengurus anak, dan lain-lain. Hal ini pastinya dapat membuat wanita sulit mengatur waktunya untuk menjadi pemimpin yang terus dipandang.
  4. Diabaikan kepemimpinannya. Walau sudah diangkat sebagai pemimpin, kadang kala jabatan sebagai pemimpin yang dimiliki oleh seorang perempuan diabaikan oleh sekitarnya karena dianggap tidak cukup kompeten.

Wanita memiliki tantangan yang lumayan banyak untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, wanita tidak boleh kehilangan harapannya untuk menjadi seorang pemimpin yang layak karena memilih pemimpin itu berdasarkan pada kualitasnya, bukan gendernya.

 

Sumber: @jiwamudabicara on Instagram
Recreated and Published by: Hanna, Vice YOT Banjarmasin