Mau Kuliah di Luar Negeri? Pastikan Semua Persiapan Ini Dilakukan Ya!

Mau Kuliah di Luar Negeri? Pastikan Semua Persiapan Ini Dilakukan Ya!

Kuliah di luar negeri merupakan sebuah pencapaian yang membanggakan. Nah, gak heran kalo akhirnya minat para calon mahasiswa untuk bisa berkuliah di luar negeri pun juga terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan studi organisasi Ikatan Konsultan Pendidikan Internasional Indonesia, terdapat lebih dari 35 ribu siswa Indonesia yang belajar ke luar negeri setiap tahunnya. Waw banyak juga ya.

Dengan ketatnya persaingan ini, tentunya kita harus mempersiapkan diri dan memenuhi segala kebutuhan administrasi sebaik-baiknya. Vivid F. Argarini, Education Practitioner bakalan ngebahas soal persiapan kuliah di luar negeri. Yuk kita simak!

 

Apa aja yang harus dipersiapkan untuk bisa kuliah di luar negeri selain udah tau mau kuliah dimana dan apa major-nya?

Ini berbagai persiapan awal yang harus kamu lakukan:

  1. Yang sangat basic, baik kamu saat ini di kelas 10, 11 atau 12 gak ada salahnya ambil TOEFL atau IELTS dari awal. Jangan nunggu sampe deadline, kan belum tentu sekali coba skornya langsung memenuhi. Dengan ini kita jadi tau apa yang kurang, apakah listening, reading, writing atau speaking. Ketika kita sudah punya bekal, kita jadi pede. Lalu upayakan semester 1-5 jangan sampe ada nilai di bawah 7. Terlepas dari kamu nantinya akan ikutan beasiswa ataupun tidak.
  2. Terus juga bikin portfolio. Bisa dengan ikut pensi dan jadi panitia. Ikut klub basket, fotografi dan sebagainya. Jangan lupa minta surat referensi atau keterangan, kalo bisa pake bahasa Inggris langsung, biar ngga kerepotan nantinya dan mengeluarkan biaya lagi.
  3. Ketiga, latihan menulis. Menulis tentang diri yang dikenal dengan istilah motivational letter atau personal statement. Kenapa menulis tentang diri sendiri? Ya gimana kamu mau meyakinkan orang lain kalo kamu gak kenal dengan diri kamu sendiri. Biasanya kita akan sulit menulis kelebihan dibandingkan kekurangan kita. Cara paling simple, bikin SWOT analysis tentang diri kita. Nah dari poin-poin SWOT itu, kita pindahkan ke dalam kalimat dengan SPOK. Lalu saat interview untuk kuliah nanti, kamu harus bisa menjelaskan sesuai dengan yang kita tulis itu. Jangan lupa juga Googling, cari tau kampus yang mau kita tuju dan majority-nya. Kira-kira peminatnya seperti apa, jadi biar kita bisa tau apakah itu sesuai dengan kemampuan kita atau tidak.

 

Kalo recommendation letter, yang sebaiknya membuat atau menulis itu siapa?

Nah dari awal kita harus tau kita paling bagus nilainya di mata pelajaran apa, apakah gurunya tau tentang saya dan dia willing untuk menuliskan recommendation letter untuk diri saya. Biasanya, non akademik juga akan di-review. Kalo misalnya si A ikutan kegiatan ekskul, walaupun nilainya mungkin gak top first di kelas dibanding si B yang top first tapi dia gak ngapa-ngapain, gak ikut kegiatan, gak pernah ikut lomba, some school prefer si A yang bisa berorganisasi, bisa team work, bisa menjadi pemimpin & dipimpin, bisa mengatur waktu, ketimbang hanya berpaku pada nilai bagus tapi gak pernah keluar kelas. Jadi, bisa minta ke guru, kepala sekolah juga boleh, lalu pembimbing OSIS dari sisi skill. Kalo S2, bisa minta ke supervisor atau atasan. Jadi reference itu akan dilihat kualifikasi yang memberi reference letter.

 

Berarti recommendation letter itu bisa lebih dari satu?

Bisa. Misalnya dia aktif di taekwondo atau volunteer, community service, itu bisa jadi recommendation letter. Untuk yang non akademik bisa ngebahas tentang pengabdian masyarakat, jadi ada referensi untuk pihak kampus. Dengan angle yang berbeda akan lebih bagus. Jadi ada juga social-nya, gak individual. Jadi dia bisa mingle, adaptable dimana saja. Kita harus stands out among the crowd.

 

Gimana untuk penguasaan bahasa Inggris? Gimana caranya supaya kita bisa cepat menyesuaikan diri?

Saat kita sudah berinteraksi disana tentunya ada penyesuaian. Di sana kita udah harus disiplin menggunakan bahasa yang kita nanti akan gunakan. Jangan sampe culture shock. Bagus untuk punya conversation partner, jadi disiplin sebulan sebelum berangkat misalnya ada teman dari negara luar atau native speaker, kita melakukan pendekatan. Nah selama di sana kita juga berbaur dengan yang lain, jangan dari orang Indonesia aja.

 

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk apply kuliah di luar negeri?

6-8 bulan untuk preparation. Itu aja kadang kita suka berubah pikiran. Gak jadi deh di Australia, di Eropa aja misalnya. Itu kan mesti mengubah, mesti ngajuin aplikasi lagi dan sebagainya. Jadi ketika kita mempersiapkan semuanya tentunya akan lebih tenang, matang secara mental juga. Mental juga penting, jangan nanti 1-2 tahun gak betah akhirnya pulang karena ngerasa berat. Karena nanti yang kita hadapi selama kuliah di luar negeri gak cuma soal kuliah aja, tapi aspek lehidupan lain juga.

 

Gimana cara mengatur biaya hidup selama di sana?

Harus tega sih. Misal kita dapet beasiswa ataupun dapet uang jajan dari orang tua harus diatur pengeluarannya. Tapi yang paling penting dari kuliah di luar negeri adalah asuransi. Health insurance itu tidak bisa ditawar. Pelajar internasional ataupun non-internasional harus punya asuransi kesehatan. Lalu housing atau tempat tinggal, ada yang flat atau dormitory (asrama), atau memang dia sewa apartemen yang rame-rame (share rooms), jadi kita punya daftarnya: health insurance, housing, food, transportation, school supplies (buku dan sebagainya), tapi di beberapa kampus ada yang all in.

Untuk makan, kalo bisa gak jajan, tapi masak aja. Kan jadi ngerti bagaimana berhemat. Dimungkinkan untuk bekerja, pekerjaan yang legal misalnya on campus job jadi kerjanya di kampus atau off campus job tapi gak boleh lebih dari 10/20 jam perminggu. Masing-masing negara punya ketentunnya. Terus kalo ngerjain tugas bisa di tempat tinggal, ngga di café.

Kalo uang habis, cari solusinya sendiri. Karena skill terpenting lainnya adalah problem solving dan decision making. Kalo di luar negeri, intervensi orangtua itu sangat kecil. Jadi dari problem kamu bisa mapping masalahnya untuk dapetin solusinya.

 

Gimana cara kita untuk bisa cepet beradaptasi di negara lain?

Blend with locals, jadi kita yang harus belajar untuk bisa diterima dan percaya bahwa itu juga nambah wawasan. Semakin kita banyak wawasan, semakin kita bisa accept people with differences.

Oh ya, ada yang namanya asimilasi budaya, ada kompetisi yang bukan cuma dengan orang Indonesia atau lokal, tapi kita perlu survive dengan orang-orang yang bisa bertahan lama di situ. Belajar masak, belajar mengatur keuangan sendiri. Kita banyak belajar dengan tinggal di luar negeri, supaya nanti bisa kita terapkan di negeri sendiri.

 

Pesan untuk YOTers yang mau kuliah di luar negeri?

Cari informasi, gali potensi diri, siapkan segala sesuatunya dari dini, buat check list, jadi kita semangat. Jalanin semuanya. Ketemu sama mereka yang udah punya pengalaman, belajar dari sana. Lihat di diri apa yang bisa kamu upayakan, dicicil dari awal persiapannya. Just do it! The best motivator adalah diri kita sendiri, perihal orang tua gak mengizinkan, kita harus mampu meyakini diri dan orang lain. Jangan lupa ridha orang tua. Semangat!

Mau Kuliah di Luar Negeri? Pastikan Semua Persiapan Ini Dilakukan Ya! - Vivid Argarini, Education PractitionerVivid F. Argarini, Education Practitioner

Nah itu dia obrolan seru bareng Vivid F. Argarini, Education Practitioner seputar persiapan kuliah di luar negeri. Semangat buat kamu yang pengen kuliah di luar negeri ya. Inget pesan di atas, persiapan yang matang tentunya akan membuat kita lebih tenang dan mental lebih kuat. Semangat!

Leave a Reply

Your email address will not be published.