Me vs FoMO

Halo halo YOTers!

Topik yang akan saya bahas kali ini  mengenai “Me vs FoMO”. Kuy deh langsung cek aja dibawah. Jangan lupa sedia cemilan saat baca ya hehe. Enjoy!

Temen-temen tau ga sih kalau di Indonesia itu lebih dari 33% penduduknya di tahun 2015 adalah penduduk muda berusia 15-34 tahun. Bahkan di daerah perkotaan DKI Jakarta dapat mencapai 40%. Penduduk muda ini lah yang kemudian dikenal sebagai Generasi Millennial. Generasi ini adalah generasi yang unik dan berbeda dengan generasi lainnya, hal ini dipengaruhi oleh munculnya smartphone, meluasnya internet dan munculnya sosial media. Ketiga hal ini yang secara tidak sengaja mempengaruhi pola pikir, nilai-nilai serta perilaku yang dianut.

Ada hal yang sangat mencolok dari generasi millennials yaitu soal penggunaan teknologi. Kehidupan generasi millennial tidak dapat dilepaskan dari teknologi terutama internet, bahkan entertainment sudah menjadi kebutuhan pokok. (Hmm kira-kira sandang, pangan, papan masih berlaku ga yaa hehe). Hal yang mencengangkan lagi adalah 8 dari 10 generasi millennial mengaku tidur bersama ponselnya yang terus menyala di sampingnya, dan siap untuk membalas pesan, telfon, e-mail, atau bahkan berita apapun yang muncul di ponsel mereka.

Wooooow kamu termasuk salah satu yang seperti itu bukan YOTers? Hehe jangan ya.

Sesuatu hal yang berlebihan itu sangat tidak baik, termasuk dengan konsumsi kegiatan di sosial media. Mungkin memang hal ini adalah hal yang menyenangkan, bahkan beberapa orang memanfaatkan hal ini sebagai lapangan pekerjaan. But hey, sosial media ternyata ada dampak buruknya juga lohh.

Salah satu dampak yang terjadi pada pengguna smartphone dan sosial media adalah FoMO. Apaan tuh?

FoMo adalah kepanjangan dari Fear of Missing Out. Ini merupakan sebuah fenomena yang muncul atas penggunaan sosial media yang terlalu berlebih. Ibarat mengkonsumsi obat, bila dilakukan tidak sesuai anjuran dan berlebihan maka akan overdosis kan? Mirip seperti hal itu, namun tidak seekstrim itu ko. Rilex hehe.

Sebagian besar fenomena FoMO ini terjangkit pada generasi millennial, yang mana dalam kehidupan sehari-harinya sudah terbiasa dalam mengkonsumsi sosial media di era teknologi. Bahkan saat ini generasi millennial merasa harus mengetahui setiap hal yang dilakukan oleh orang terdekatnya (atau bahkan tidak kenal dekat sekalipun) di sosial media. Media sosial dianggap sebagai tempat kegiatan individu untuk terus up-to-date terhadap semua berita terbaru, apa yang mereka lewatkan dan memastikan bahwa “saya adalah orang yang tidak tertinggal informasi”. Okay sir!

Mungkin hal ini terdengar baik karena generasi ini terus berusaha untuk up-to-date dengan lingkungan sekitar. Namun terkadang, hal ini dapat menimbulkan kegelisahan pada diri kita yang terlalu berlebihan.

Keinginan yang besar untuk terus terhubung dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain di dunia maya sehingga menimbulkan kegelisahan disebut dengan Fear of Missing Out.

Bahkan saat ini ada akun di Instagram yang secara khusus membuka akun untuk membicarakan atau meng-update kegiatan atau drama yang terjadi. Contohnya seperti @lambeturah, ayo ngaku siapa yang follow? Ini adalah salah satu contoh bahwa saat ini kita haus akan informasi yang sedang terjadi, bahkan lambe turah secara sengaja menyediakan wadah. Ini dapat terjadi karena beberapa orang terinfeksi FoMO yang berlebihan. Merasa harus tau apakah A berantem dengan B. Maka dari itu disediakan wadah untuk menghapus semua kegelisahan kamu untuk mencari informasi.

FoMO menimbulkan perasaan kehilangan, stres, dan merasa jauh jika tidak mengetahui peristiwa penting individu lain. Hal ini didasarkan pada pandangan determinasi sosial bahwa media sosial memberikan efek pemberian pembanding antara individu mengenai tingkat kesejahteraan serta persepsi kebahagiaan menurut individu lain. Media sosial memberikan jalan kepada individu untuk membiarkan individu lain mengetahui perilaku-perilaku yang terjadi di hidupnya sebagai bentuk penghargaan diri individu dan ketika individu lain melihat persepsi yang dimunculkan, hal tersebut diterjemahkan sebagai bentuk kebahagiaan yang sebenarnya.

 

Serem juga ya, tapi tenyata Eric Barker melalui buku Barking at the Wrong Tree mengutarakan ada hal yang dapat kita hadapi untuk mengurangi “infeksi FoMO” kita loh.

1. Hindari ketergantungan dengan Social Media. Nggak Usah lah kepo-kepo amat. Bahkan kalau bisa puas medsos dulu hehe.

2. Perhatikan Kegiatan Offline mu. Kerjakan sesuatu seperti meluangkan waktu dengan keluarga dan teman, olahraga, atau bikin kegiatan dengan komunitas. (YOT salah satunya hihi)

3. Bersyukur dan Bersyukur. Banyak banget hal yang bisa kamu syukuri. Ketimbang merasa kurang dan tertinggal terus-menerus. Mendingan bersyukur dan mulai menghitung apa saja yang kamu miliki.

 

So YOTers, sekilas mengenai FoMO yang dapat aku share. Jangan lupa tinggalkan jejakmu dgn share pengalaman FoMO mu, atau beri masukan mengenai topik seru yang mesti banget dibahas di kolom komentar ya.

 

See you YOTers!

@mrreizaldy

Leave a Reply

Your email address will not be published.