Mengenal Nadiem Makarim, Si Pendiri Go-Jek

Mengenal Nadiem Makarim

Nama Nadiem Makarim (30) sudah tak asing lagi sebagai CEO dan pendiri Go-Jek, alias taksi ojek dengan memanfaatkan teknologi internet. Nadiem mendirikan Go-Jek untuk membantu sopir ojek. Kini, sudah ada 10 ribu sopir ojek yang tergabung dalam Go-Jek.

"Sekarang sudah 10 ribu Sopir ojek di Jabodetabek, Bali, Bandung dan Surabaya," jelas Nadiem ditemui di sela-sela acara New Cities Summit 2015 di Ciputra Artpreneur, Komplek Ciputra World 1, Jl Prof Satrio, Jakarta Selatan, Selasa (9/6/2015). New Cities Summit 2015 di Jakarta digelar 9-11 Juni 2015. 

Pertumbuhan 10 ribu Sopir ojek itu, imbuh Nadiem, sangat cepat tahun ini. Padahal di awal Januari 2015 saja, mitra Sopir ojeknya masih 1.000. Aplikasi mobile Go-Jek juga sudah diunduh sebanyak 400 ribu. 

Ke depan, pria lulusan Brown University dan Harvard University, AS ini ingin memperluas jangkauan Go-Jek ke seluruh Nusantara. Layanannya pun kini tak terbatas pada mengantarkan penumpang, namun juga bisa sebagai kurir atau pengantar makanan. 

Dirinya banyak ditawari untuk membuka franchise Go-Jek di negara lain. Namun, hingga saat ini, Nadiem tidak berminat dan hanya ingin fokus membantu Sopir ojek di Indonesia. 

"Sering ditawari, tapi tidak tertarik. Ya kalau mau buka aja sendiri di negaranya kan, tidak harus dengan mengajak saya. Saya ingin fokus di Indonesia saja. Ini bukan untuk saya sendiri, tapi juga sosial. Tim saya yang kerja dengan saya juga tak memikirkan uang," tuturnya. 

Maklum, skema bisnis sosial yang ditawarkan Go-Jek, skema bagi hasil untuk Sopir ojek adalah 80% dari jumlah transaksi yang didapatkan dari penumpang. Go-Jek hanya membekali Sopir ojek dengan jaket, helm dan HP Android. 

"Saya ingin Sopir ojek tak lagi dipandang sebagai profesi kelas bawah. Tidak benar itu. Bahkan ojek yang rajin pun bisa membawa pulang Rp 6 juta per bulan," tuturnya. 

Permulaan Nadiem mendirikan Go-Jek, dalam forum WhatWorks di New Cities Summit 2015, karena saat itu dirinya suka nongkrong dengan Sopir ojek. Dari hasil suka nongkrong, dia mengetahui bahwa dari seharian, mayoritas waktu Sopir ojek dihabiskan untuk menunggu penumpang sehingga tidak produktif. 

Maka pada tahun 2010, dia menciptakan aplikasi mobile, yang bertujuan membantu Sopir ojek itu. Sopir ojek dibantu mendapatkan penumpang, warga yang membutuhkan Sopir ojek pun bisa mendapatkan kebutuhannya.

"Saya yakin ini berhasil karena apa, karena kebutuhannya pasti tinggi. Sebenarnya sudah banyak ide seperti Go-Jek, cuma kami kuatnya di eksekusi yang agresif," jelas pria yang enggan mengungkapkan nilai transaksi Go-Jek ini.

Dalam perjalanan, Nadiem mengakui Sopir ojek Go-Jek di lapang sempat ada gesekan dengan Sopir ojek lokal. Namun, dia menyatakan hal itu karena masalah miskomunikasi. 

"Kami ingin menjelaskan bahwa kita tidak ingin bersaing dengan mereka. Malah kita ingin membantu mereka," kata Nadiem yang ingin mengajak bergabung sopir ojek itu. Penambahan mitra sopir Go-Jek juga menjadi fokus rencana bisnisnya ke depan.

Kini, ada saingan Go-Jek, aplikasi mobile dari Malaysia yang persis meniru Go-Jek. Namun, Nadiem tak mengkhawatirkan hal itu. 

"Saya percaya orang Indonesia selalu memakai produk buatan anak bangsa sendiri," ujarnya optimistis.

Leave a Reply

Your email address will not be published.