Pahlawan dari Morotai; pulau terluar Indonesia di Samudera Pasifik

Pahlawan dari Morotai; pulau terluar Indonesia di Samudera Pasifik

Muhlis Eso. Tulis namanya melalui search engine di internet, maka seketika anda akan menemukan dirinya telah diliput oleh segala media nusantara. Ya, itulah Pak Muhlis. Seorang pejuang sejarah dari salah satu pulau terluar Indonesia, yang berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik, Pulau  Morotai. Sebuah Pulau yang menyimpan  banyak cerita dan peninggalan perang dunia 2. Pak Muhlis begitu nyata kepeduliannya terhadap peninggalan sejarah perang dunia 2. Beliau mencari dan mengumpulkan peninggalan perang di bumi Morotai sejak berusia 10 Tahun. Ia didorong dan diajarkan oleh kakek dan bapaknya. Kakek dan bapaknya pun melakukan hal yang sama. Tak hanya itu, Pak Muhlis dengan tekun mencari sebanyak mungkin cerita-cerita tentang sejarah perang dunia 2 langsung dari saksi hidup yang ada di Morotai, lalu merangkai kepingan sejarah tersebut menjadi satu. Saat ini dapat dikatakan hanya Pak Muhlis yang benar-benar peduli mengenai pelestarian sejarah Morotai, dan ingin membuat dunia mengenal Morotai. Seluruh media, artis, pejabat, veteran perang dunia dari negara-negara sekutu, semua selalu mencari dan mengandalkan Pak Muhlis bila ingin berkunjung ke Morotai atau ingin membahas Morotai.

Pak Muhlis pernah berkata kepada saya, “Kamu mau nonton artis atau ditonton artis?” diiringi tawa hangatnya yang sangat ramah. Beliau kemudian berkata lagi,”Saya mempertanyakan diri saya hal tersebut, dan sekarang saya sudah berhasil menjawabnya,” kemudian ia kembali tertawa. Candanya sama sekali tak berisi kesombongan, namun menyiratkan optimisme begitu tinggi pada sosok seseorang yang sangat sederhana. Bagaimana tidak? meskipun jasanya telah begitu dahsyat, dan ia pun telah begitu terkenal dan diandalkan, ia saat ini hanya tinggal di gubuk sangat sederhana yang bahkan menumpang di tanah orang. Bahkan Pak Muhlis tidak memilik toilet, untuk mandi Ia beserta seorang istri dan 6 orang anaknya menumpang ke sekolah yang ada di dekat rumahnya, berhubung Pak Muhlis bekerja sampingan sebagai penjaga sekolah, dan Kepala Sekolah percaya untuk memberikan kunci kepadanya. Pak Muhlis pernah bekerja sebagai guru sejarah di sekolah tersebut, walaupun pendidikannya hanya terbatas sampai SMA. Namun sekarang sosok yang berasal dari suku galela dan dari kampung totodoku ini tak melanjutkanya lagi, karena sibuk dengan urusan mencari dan melindungi barang bersejarah. Beliau memiliki mimpi untuk mendirikan museum swadaya peninggalan perang dunia kedua. Sampai saat ini, ia baru dapat merealisasikannya melalui ‘gubuk museum’ yang ia dirikan di sebelah rumahnya.

“Jangan sampai Morotai sebagai Pulau Sejarah Dunia hanya menjadi wacana  hangat di masyarakat.” Kata-kata ini sangat sering sekali diulang-ulang Pak Muhlis. Ia mengatakan bahwa ia mencari semua informasi mengenai sejarah perang dunia dan menulis semua narasumbernya dengan baik, karena beliau sangat ingin menjadikan masyarakat dunia mengenal Morotai sebagai bagian penting dari sejarah dunia. Kemudian ia juga mengumpulkan peninggalan perang untuk hal tersebut. Ia juga sering mengatakan bahwa walaupun ia hidup sederhana, susah payah mencari peninggalan hanya memakai alat tradisional saja, serta bersaing dengan para penjarah, tapi ia tak akan pernah menyerah sampai kapanpun. Dan yang paling saya kagumi, dari sekian banyak peninggalan perang yang ia temukan, tak sepeser pun ia mau menjualnya. Padahal untuk satu barang saja dapat menjual dengan harga 25-50 juta. Sangat cukup untuk memperbaiki rumah dan gubuk museumnya. Tapi tak akan pernah ia lakukan. “Menjual barang ini satu saja, sama saja dengan menjual bangsa Indonesia.” Ucap Pak Muhlis. Pak Muhlis pun mengatakan bahwa ia tak perlu memiliki kekayaan materi. Ia mengatakan bahwa kekayaan yang terbaik adalah kaya akan ilmu dan Sebuah kehormatan besar dapat bertemu Pak Muhlis Eso. Seorang sejarawan, penjaga sekolah, guru, pejuang bangsa,

Pahlawan Morotai

{catatan perjalanan Adam Nurilman, Juni 2015}

Membutuhkan 2 pesawat, 2 speedboat dan 1 mobil untuk mencapainya. Sebuah perjalanan yang begitu membuka mata, memperkaya hati. Kali ini aku membawa kabar dari dan untukmu sendiri Indonesia. Tentang seorang pejuang yang begitu tulus mencintaimu.

Sumber: http://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/06/22/pahlawan-dari-morotai-pulau-terluar-indonesia-di-samudera-pasifik/

Leave a Reply

Your email address will not be published.