Ramadhan Tempat Saya Selalu Berpulang

Bagi saya pribadi Ramadhan adalah tempat untuk saya berkaca pada diri sendiri untuk menjadi lebih baik, klise ya tapi itu yang sesungguhnya saya rasakan. Ramadhan sering diucapkan sebagai latihan atau Pelatnas lalu kapan bertandingnya ya setelah Ramadhan. Faktanya saat bertanding saya sering gagal saya kerap gagal menjaga emosi, gagal konsisten beribadah, gagal menjaga perasaan orang lain, gagal menjaga hal hal yang dilarang saat Ramadhan. Apapun alasannya masa sudah masuk Pelatnas 36 kali masih gagal terus, bersyukur saya punya Tuhan yang pengasih, penyayang dan pemaaf. Saya pribadi tidak menggambarkan Tuhan sebagai sosok penghukum melainkan sosok penuh kasih dan hakim yang adil. Saya bekas atlet olahraga meski bukan profesional namun saya pahami atlet yang baik bukan yang mudah menyerah tapi selalu bangkit dari kegagalan.

Ramadhan juga tempat saya berpulang, untuk sekedar melepas rindu pada ayah saya. Saat Ramadhan beliau berpulang ke Rahmatullah dengan tenang dan saya melepasnya dengan damai. Setiap Ramadhan rasa rindu pada ayah membuncah saya selalu ingat pada beliau dan berupaya meneladani sifat baiknya. Kenangan terbaik adalah merawatnya selama 6 tahun memberikan semua yang saya miliki dan melekat pada diri saya untuk menjaga agar beliau sehat, namun Tuhan berkehendak lain dan memanggilnya untuk selamanya. Saya yakin beliau bahagia dengan Sang Pencipta dialam yang lebih kekal. Ada momen dimana ia selalu mendoakan orang yang telah menyengsarakan hidup kami, yang menipu beliau sehingga saya harus bekerja sambil kuliah, yang mengkhianatinya atau menghancurkan hidup keluarga kami. Saya pernah marah kenapa orang yang merusak hidup kita malah didoakan bukan disumpahi, beliau menjawab agar orang orang ini terbuka hatinya dan tidak mengulang perbuatannya, entah butuh berapa dekade sampai akhirnya saya memahami esensinya.

Ramadhan selalu membawa saya ke masa kecil yang menyenangkan bukan karena berlimpah materi tapi karena banyak memori indah disana,  bermain bersama saudara, berkeliling kampung membawa obor atau sekedar menghabiskan waktu dimasjid sampai menjelang sahur bersama teman teman. Saat itu Ramadhan menjadi momen kebahagiaan buat saya dan teman teman.

Saat tumbuh dewasa semua hal menjadi kompleks tuntutan hidup, target, kewajiban melimpah membuat Ramadhan menjadi bulan yang penuh kepadatan dan aktivitas mengejar duniawi yang luar biasa. Sejujurnya saya ingin sedikit menikmati keindahan masa kecil sejenak kembali mencicipi kenikmatan Ramadhan dimasa lalu.

Ramadhan selalu mengagumkan dan membuat kita rindu, saya hanya berharap selalu dipertemukan oleh bulan suci yang indah ini dengan ketenangan batin, bukan sekedar terus bekerja keras demi sebuah kata “THR buat Lebaran”

Selamat menunaikan ibadah Ramadhan dan menemukan dirimu kembali, esensi ibadah bukanlah menginformasikan kesalehan formal via sosial media melainkan perbaikan diri kedalam dan dirasakan manfaatnya oleh orang lain.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.