Sensasi Pergi ke Masa Lalu via Pasar Triwindu

 

Mendengar kata ‘Kota Solo’ saja, pasti beberapa kalimat ini akan tersirat dalam bayangan, sebut saja ‘ramah’, ‘murah’, ‘tradisional’, ‘kraton’, ataupun ‘antik’. Tapi itu tidak salah, karena kali ini kita akan mengulik sensasi masuk ke hal-hal antik di Solo tempo doeloe, terutama Pasar Triwindu.

Pada dasarnya Pasar Triwindu merupakan pasar yang menjual barang-barang antik seperti koin kuno, keris, perkakas, ataupun mantan yang pernah menjadi kenangan, eh maaf, yang terakhir dicoret saja.

Pasar Triwindu berlokasi di sisi selatan Pura Mangkunegaran, tepatnya di Jalan Diponegoro, kelurahan Keprabon, Banjarsari, Solo. Jadi untuk kalian yang mampir kesini, juga bisa langsung mengunjungi Pura Mangkunegaran dengan berjalan kaki, atau mungkin sekedar duduk dan menikmati wedang ronde bareng tukang parkir sambil ketawa tiwi. Intinya, kali ini saya akan berbagi rasanya masuk ke Pasar Triwindu yang unik itu! Simak terus yuk!

Jika kalian berkendara dari arah timur, kita harus belok kiri menuju arah Jalan Slamet Riyadi untuk menemukan Pasar Triwindu. Bangunan pasar berada di sisi kiri jalan dengan lahan parkir teramat banyak, jadi jangan khawatir meletakkan kendaraan kalian, karena disini tukang parkir siap mengemban amanat titipan Tuhan dengan hanya uang Rp2000,00- (bisa kurang kalau kalian menawar atau pura-pura tidak membawa uang).

Jika kalian berkunjung sebagai pembeli, kalian bisa langsung melihat dan membeli barang-barang yang terpajang, sementara jika kalian bertujuan lain-seperti hunting foto-ada baiknya kalian menyambangi meja satpam untuk di-briefing tentang beberapa hal yang berkaitan dengan tata tertib pengambilan foto. Hal yang dimaksud adalah :
1. Menunjukkan surat instansi jika kunjungan atas dasar kepentingan akademik
2. Meminta izin kepada pedagang jika melakukan pengambilan foto di kawasan dagang
3. Memberikan akses terlebih dahulu kepada pembeli
4. Memberikan uang sukarela
5. Mengganti rugi apabila selama pengambilan foto terdapat barang rusak karena tersenggol atau sebagainya.
Peraturan ini dibuat untuk mencegah hal-hal yang sekiranya dapat merugikan.

Selanjutnya di lantai pertama, kalian akan disuguhkan berbagai barang-barang perabot rumah tangga bernuansa kuno. Wayang-wayang yang berdiri di etalase seakan menyambut dengan senyum nuansa masa lalu. Beberapa toko pun menjual peralatan besi untuk kegiatan kerajinan, sementara lainnya tampak fokus berjualan lampu kuno.

Terdapat beberapa akses menuju lantai dua Pasar Triwindu, namun spot terfavorit pengunjung adalah tangga dekat pos satpam yang memiliki nuansa masa lalu yang kental. Spot ini tidak pernah luput dari pengunjung karena memiliki ornamen-ornamen klasik seperti piring kuno, lampu antik, atau bahkan wayang kulit.

Menjelajah lebih dalam Pasar Triwindu, kalian akan semakin hanyut pada atmosfer kuno masa lalu jika menemukan banyak patung Loro Blonyo di sudut toko. Patung ini merupakan patung sepasang pengantin simbol kemakmuran dan legenda cinta Raden Sadana dan Dewi Sri. Patung ini tampak menyambut para pengunjung dengan damai, berikut dengan berbagai barang antik serta kuno yang auranya sangat kental dengan nuansa kraton masa lalu.

Perjalanan kalian akan dibawa ke masa lalu saat melihat berbagai wayang terpajang di sudut toko, tangannya bergoyang tertiup angin, kehadiran mereka seolah berkata pada dunia bahwa ada sejarah yang tak boleh dilupakan dan semangat budaya luhur yang harus dikenang.

Nah YOTers, bagaimana? Apakah tertarik mengunjungi Pasar Triwindu? Datanglah antara 09.00 – 17.00 setiap harinya, karena jika iya, ada jaminan kalian menemukan barang antik berharga, bukan dia yang selalu mengumbar janji mesra.

Sekian tukar pengalaman mengunjungi Pasar Triwindu, jangan lupa datang ke Solo karena kalian akan selalu ditunggu-tunggu. See you!

Sumber : Sayekti Padmi

Leave a Reply

Your email address will not be published.