[SHORT STORY] Tanda Tangan

Tanda Tangan
By
Janika Sri Ayumi

 

Sore itu, aku mengendarai mobilku untuk pergi ke sebuah panti asuhan terpencil yang ada di pinggiran kota. Ibuku menyuruh untuk memberikan beberapa baju, makanan, serta sejumlah uang ke sana. Setelah sekitar 3 jam perjalanan (dan sempat tersesat di hutan), aku sampai di panti asuhan itu. Tempatnya terlihat sudah sangat tua.

Foto oleh eberhard grossgasteiger: https://www.pexels.com/id-id/foto/rumah-1102402/

 

“Seperti rumah hantu saja,” batinku. Saat memasuki halaman rumah itu, anak-anak serta seorang wanita tua disana telah berdiri berbaris di depan rumah itu, seperti mereka sudah menunggu kedatanganku dan menyambutnya. Setelah memarkirkan mobil dan menurunkan barang-barang, wanita tua itu menegurku dan berkata, “Taruh saja di situ nak, biar ibu yang akan membawanya ke dalam,” aku menggeleng, “Tidak apa, biar aku bantu, Bu.” Jawabku sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam rumah tua itu.

Setelah selesai, seorang anak memegang tanganku. Sejenak aku tersentak kaget karena tangannya begitu dingin, dia berkata, “Kakak mau tinggal disini?” Aku menggeleng, “Maaf tapi aku harus pergi,” jawabku. Anak kecil itu tersenyum, “kalau begitu, aku mau ikut kakak saja!” Ujarnya sumringah, aku melepaskan tangannya dan berkata, “Tidak bisa, maaf yaa.”

Setelah memberikan barang dan uang itu, aku pamit untuk pulang. Anehnya, tidak ada satupun dari mereka yang bergerak dari tempatnya kecuali anak kecil yang berbicara padaku tadi.

Ditengah perjalanan, aku mendengar suara berisik dari bagasi mobilku. Aku berhenti sebentar dan menoleh ke arah belakang, ketika kulihat, tidak ada apa-apa. Namun saat aku berjalan lagi, suara itu terdengar lagi.
‘Duk duk duk!’ Kaca bagasiku seperti diketuk dari luar. Ketika aku cek, tidak ada apa-apa. Begitu terus sampai akhirnya aku singgah di sebuah pom bensin di jalan.

Ketika aku keluar untuk membuka tangki mobilku, aku melihat 2 jejak telapak tangan kecil di kaca bagasi mobilku. Ini pasti ulah anak-anak panti tadi ketika aku sedang memasukkan barang. Aku berkata kepada seorang petugas disana, “Mas, boleh minta tolong bersihkan kaca bagasi saya? Ada jejak tangan disitu.”, petugas itu mengangguk, “Oke Kak.”

Saat sedang membeli minuman di minimarket yang ada di pom bensin itu, ibuku menelpon dan berkata, “Nak, dimana? Kok belum pulang? Sudah larut begini.” Aku menghela nafas, “Baru juga jam 7 malam bu, kan ibu juga yang nyuruh aku pergi ke panti ituu, mana jauh pula.” Ibuku terdengar sewot, “Panti apa? Ibu baru menelponmu sekarang, daritadi ibu sibuk rapat dan tidak megang hp.” Aku melengos, “Ah jangan bercanda bu, ga lucu.” Jawabku sambil membayar minumanku di kasir. “Ini ga beres, cepat pulang sekarang,” ujar ibu khawatir. “Iyaa,” aku mematikan telponnya dan menghampiri petugas yang membersihkan jejak tangan di kaca mobilku itu.

“Loh, kok belum dibersihkan, Mas?” Tanyaku, petugas itu hanya menggaruk tenguknya, “Maaf Kak, tapi jejak tangannya bukan dari luar. Tapi dari dalam.”

Sekilas terdengar di telingaku ada yang berbisik, “Mau ikut kakak! Hihihiii.“

Leave a Reply

Your email address will not be published.