Stop Self Blaming, Bahaya Lho!

Self-blaming adalah perilaku toxic ketika seseorang menyalahkan diri sendiri ketika hal buruk terjadi baik kepada dirinya maupun orang lain. Sikap self-blaming menghambat seseorang untuk bertumbuh dan belajar dari kesalahan.

Mereka yang melakukan self-blaming akan terus terkurung dalam perasaan bersalah, oleh karena itu seseorang menjadi sulit memaafkan diri sendiri dan move on.

Kecenderungan untuk melakukan self-blame dijumpai pada seseorang yang menghadapi keadaan penuh stres. Ketika situasi stres direspon dengan sikap yang kontra-produktif, seseorang dapat menjadi semakin tertekan dan sulit untuk maju.

 

Bagaimana dampak self-blaming terhadap seseorang?

Tindakan self-blaming bersifat destruktif pada kesehatan mental seseorang. Dengan terus menyalahkan diri, seseorang sulit menemukan value yang sesungguhnya dari dirinya dan menganggap bahwa situasi buruk yang dihadapi well-deserved baginya.

Dampak self-blaming yang bersifat negatif perlu dicegah dan diminimalisasi. Stop menyalahkan dan mulai memaafkan diri sendiri.

 

Penyebab seseorang melakukan self-blame

Faktor yang memicu self-blame diantaranya perasaan tidak worth it atau tidak mampu mencapai standar yang dibuat sendiri. Perasaan seperti ini bisa juga diawali oleh keinginan untuk selalu sempurna atau perfeksionis.

Selain itu self-blame juga dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa setiap hal yang dialami adalah tanggung jawab diri sendiri, padahal ada sesuatu yang ada di luar kontrol manusia.

Misalnya seseorang menyalahkan diri sendiri ketika sesi belajar kelompok yang diinisiasi olehnya terpaksa dibatalkan. Ia menganggap bahwa ia bersalah sebagai inisiator kegiatan, padahal alasan di balik pembatalan adalah sebagian besar anggota kelompok berhalangan hadir.

Ketidakhadiran anggota kelompok adalah sesuatu yang ada di luar kendali seseorang tersebut.

Tendensi menyalahkan diri sendiri juga bisa dipengaruhi oleh kejadian di masa lampau, dimana seseorang merasa trauma akibat disalah-salahkan.

 

Langkah apa yang bisa dilakukan untuk berhenti self-blaming?

1. Beranikan diri untuk mengambil tanggung jawab

Seseorang yang mengambil tanggung jawab menunjukkan bahwa ia mengakui kesalahan yang telah dilakukan.

Mengakui kesalahan memang hal yang sulit dilakukan, akan tetapi membiarkan orang lain mengingatkan dan membuka kesalahan tersebut justru menyebabkan seseorang merasa “diserang” dan semakin menyalahkan diri sendiri.

Self-blaming akan terus berlangsung jika tidak ada tindakan diambil untuk mengatasi keadaan, karena keadaan tidak akan berubah. Karena itu guna mengubah keadaan, cobalah untuk bangkit dan ambil tanggung jawab.

 

2. Jangan memberikan judgment yang menjatuhkan diri sendiri

Memberikan penilaian terhadap diri sendiri memang diperlukan, namun jangan sampai penilaian tersebut menutupi apresiasi terhadap diri sendiri.

Memberikan judgment seperti “rupanya saya tidak bisa melakukan tugas ini dengan optimal, akhirnya target menjadi gagal diraih” bisa menyebabkan seseorang merasa rendah diri dan menganggap bahwa ketidakmampuannya adalah penyebab utama.

Menyadari sejauh mana batas kemampuan diri memang penting, namun kesadaran tersebut hendaknya digunakan sebagai motivasi untuk belajar dan memperbaiki kualitas diri, bukan menyalahkan diri dan merasa terpuruk.

 

Last but not least, jangan lupa untuk melakukan self-love dan hargai diri sendiri. Mengakui kesalahan bukan berarti seseorang harus menyalahkan diri sendiri, namun langkah awal untuk proses bertanggung jawab memperbaiki keadaan.

 

Baca Ini Juga:

 

Ingin dapat lebih banyak konten tentang inspirasi, bisnis, tips karir, self-development, dan lainnya? Yuk nonton di YouTube Young On Top atau klik video di bawah ini.