Sumpah Generasi Pandemi

2020_27OKT_SumpahGenerasi_PHI_1024x683-696x464

Original article by Dr. Muhammad Faisal, via POP HARI INI

Generasi Pandemi

‘Generation Pandemic’ adalah judul utama dari majalah Time yang diterbitkan pada Juni 2020. Majalah Time melakukan investigasi dan menemukan bahwa krisis global telah menginterupsi cita-cita serta pandangan hidup dari hampir seluruh generasi muda di Amerika Serikat. Serupa namun tak sama, di Indonesia generasi muda yang kerap dilabel dengan sebutan Milenial dan Gen Z juga mengalami situasi yang sama. Para wisudawan dan wisudawati misalnya harus menjalani peristiwa penting kelulusan secara daring. Peristiwa wisuda yang selayaknya penuh nuansa romantisme, dilakukan secara berjarak tanpa haru-biru serta tekstur ingatan yang layak diceritakan di hari tua.

Generasi pandemi memulai babak baru dalam kehidupannya saat tatanan masyarakat hingga kekuasaan itu sendiri tengah porak-poranda oleh berbagai krisis. Mereka yang duduk di akhir bangku SD, SMP, dan SMA dibuat gelisah oleh perubahan ketentuan ujian kelulusan serta kebijakan penerimaan siswa di sekolah baru. Sedangkan mereka yang baru saja lulus kuliah harus menerima realita pahit lapangan pekerjaan, yaitu perusahaan-perusahaan yang justru tengah merumahkan sebagian tenaga kerja mereka.

Secara individual seorang anak muda juga tengah bergelut dengan berbagai perubahan psikologis di tengah masa isolasi, mulai dari perasaan jenuh, kesepian, sulit tidur, over screentime dengan gadget hingga kesulitan berkonsentrasi. Tak hanya itu, tiba-tiba hampir semua anak muda harus menjalankan hubungan dengan pacarnya secara long distance. Sebagian bahkan khawatir hubungannya akan kandas, atau rencana pernikahannya akan batal.

ANAK MUDA JUGA TENGAH BERGELUT DENGAN BERBAGAI PERUBAHAN PSIKOLOGIS DI TENGAH MASA ISOLASI, DARI JENUH, KESEPIAN, SULIT TIDUR, OVER SCREENTIME HINGGA KESULITAN BERKONSENTRASI.

Namun, di tengah berbagai kegelisahan tersebut, pandemi juga mengubah kualitas hubungan antara anak muda dengan orang tua menjadi lebih baik. Berdasarkan survei online yang penulis jalankan dengan lebih dari 1000 partisipan, sebagian besar generasi muda merasakan pengalaman yang bermakna saat pandemi Covid-19, terutama bersama orang tua mereka.

 

Kritis di tengah Pandemi

Walau masih berada di tengah kondisi pandemi, pada bula Oktober 2020 kemarin, sebagian generasi muda mengambil sikap politik dengan turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi mereka dalam rangka memprotes pengesahan draftundang-undang cipta kerja yang dianggap merugikan kaum buruh serta memiliki potensi buruk bagi keberlangsungan lingkungan hidup. Hampir setahun silam, pada bulan September 2019, generasi muda juga mengambil bagian dalam aksi revisi rancangan undang-undang KUHP dan undang-undang KPK. Generasi muda Indonesia tetap menjaga perannya sebagai tombak kaum kritis di tengah masyarakat.  Globalisasi serta revolusi industri 4.0 yang cenderung mewarnai generasi muda dunia dengan kompetisi ‘panjat sosial’ serta kehidupan individualistik tidak serta merta melunturkan gairah aktivisme kaum muda di Indonesia.

Secara kolektif generasi muda Indonesia masih memiliki sebuah solidaritas imajiner yang mampu menyatukan ragam latar belakang etnis, agama, dan budaya. Akan tetapi, secara individual generasi muda tengah mengalami sebuah tantangan yang berat.  Tantangan tersebut adalah tantangan kerja dan karir di masa depan yang kian sulit diraba. Begitu banyak pekerjaan yang hilang, industri yang berhenti, dan karir yang berubah format. Bahkan, bagi seorang anak muda,menyusun career planning saat ini menjadi dilematis karena kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang terus berfluktuasi.

MANTRA ‘FOLLOW YOUR PASSION’ SEBAGAIMANA DIGEMBAR-GEMBORKAN PARA INFLUENCER LOKAL SEBELUM MASA PANDEMI TAK LAGI MEMILIKI DAYA SIHIR YANG SAMA.

Generasi muda dihadapkan pada tiga kondisi pilihan pekerjaan yaitu, industri yang tetap ada namun pekerjaan yang berbeda, industri yang berbeda namun pekerjaan yang sama, atau industri yang berbeda dan pekerjaan yang berbeda pula. Mempertimbangkan kondisi tersebut, rasanya pesan monumental dari Steve Jobs pada tahun 2015 di hadapan khalayak Universitas Stanford yang berbunyi ‘Do what you love’ menjadi tidak realistis. Moto yang lebih realistis saat ini adalah berpegangan kuat pada pekerjaan apapun yang ada. Mantra ‘follow your passion’ sebagaimana digembar-gemborkan para influencer lokal sebelum masa pandemi tak lagi memiliki daya sihir yang sama.

Penasaran kelanjutan dari artikel ini kan? Yuk mampir ke POP HARI INI untuk baca artikel ini seutuhnya, atau klik aja link berikut!
https://pophariini.com/sumpah-generasi-pandemi/ 

Leave a Reply

Your email address will not be published.