Toleransi Ternyata Ada 3 Level. Kamu di Level yang Mana?

Toleransi - Square

Sebagai anak muda Indonesia, pasti YOTers sudah gak asing lagi mendengar kata ‘toleransi’. Terutama saat lagi ditengah animo 17-an, pasti kata ini banyak muncul di mana-mana. Sikap toleransi memang penting dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia. Kami sih percaya kalo YOTers pasti punya sikap ini. Tetapi, toleransi kamu sudah sampai level mana nih?

Coba kita samakan pemahaman dulu. Menurut tokoh sastra W.J.S Poerwadarminta, toleransi adalah sikap atau sifat memperbolehkan suatu pendapat yang berbeda. Toleransi  sangat menjunjung tinggi untuk menghargai pendapat orang lain. Pemahaman ini cukup umum dan selaras dengan pemahaman banyak orang. Yang banyak orang gak tahu adalah ada pembagian tingkatan sikap toleransi, dan pembagian ini secara resmi dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Yuk kita simak penjelasan berikutnya tentang level-level toleransi!

 

1. Toleransi Negatif

Sikap pertama ini merupakan yang paling ‘mudah’ untuk dipraktekkan. Menurut Kemendikbud, sikap Toleransi Negatif terjadi saat seseorang tidak menghargai kebudayaan, Isi ajaran agama dan penganutnya. Namun, keberadaan mereka hanya dibiarkan saja karena dalam keadaan terpaksa. Artinya, sikap toleransi ini terjadi bukan karena kesadaran bahwa toleransi itu penting, tetapi karena pemerintah ‘memaksa’ untuk toleran. Maka itu, sikap ini sulit untuk berkelanjutan dan kapan pun bisa hilang.

 

2.Toleransi Positif

Level selanjutnya dalam hidup bertoleransi adalah sikap toleransi positif. Toleransi Positif terjadi saat seseorang bersikap menolak kebudayaan dan isi ajaran agama, tetapi menerima para penganutnya. Pada tahapan ini, kamu sudah paham kalo setiap manusia berhak untuk menganut sebuah agama maupun kebudayaan, walaupun kamu gak setuju isi ajarannya.

 

3. Toleransi Ekumenis

Kalo udah sampai level ini, kamu sudah benar-benar paham tentang inti dari toleransi, YOTers. Pada tahap ini, kamu sudah bisa menghargai kebudayaan dan agama yang berbeda, serta penganutnya. Sikap ini tercapai saat kamu sadar kalo dalam ajaran budaya dan agama lain terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri. Umumnya, tahap ini paling sulit untuk dicapai, karena butuh waktu yang cukup untuk lebih dalam memahami kebudayaan dan ajaran yang berbeda, agar dapat melihat juga kebaikannya. Saat kamu sudah mencapai level ini, kamu sudah bisa seutuhnya menikmati hidup dalam keberagaman masyarakat Indonesia.

 

Jadi gimana, YOTers? Sudah punya sikap toleransi ekumenis gak? Apakah masih ada ruang untuk membenahi diri? Toleransi itu penting untuk kita hidup di masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, dan mungkin butuh waktu untuk mencapai sikap toleransi ekumenis.

Itu gak jadi masalah, karena yang penting kita terus berusaha untuk mencapai pikiran yang benar-benar merdeka!

Leave a Reply

Your email address will not be published.