Work-Life Balance, Bisa Nggak Sih?

Kerja, kerja, kerja, duh kerja mulu deh. Sampai lupa kalau ada yang namanya istirahat dan menikmati me time. Kerja keras tentu boleh, tapi angan sampai lupa waktu ya, YOTers!

 

Work-life balance merupakan keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dengan kehidupan personal di luar itu. Belakangan istilah ini ramai diperbincangkan. Tujuan dari upaya menyeimbangkan ini adalah kesehatan fisik maupun mental. Bayangkan saja nih YOTers kalau seseorang terlalu mementingkan pekerjaan sampai lupa kalau ia punya kehidupan lain di luar kantor.

Kita punya keluarga dan punya diri kita yang juga harus kita perhatikan. Kalau kata orang-orang sih, kalau kita sakit, kantor bisa cari orang baru sebagai pengganti, namun tidak dengan keluarga dan kerabat yang menyayangi kita. Nggak bisa terganti lho, kita di mata mereka 🙁

 

Menurut Mental Health Foundation, work-life balance bukanlah membagi waktu sama rata untuk pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Jadi dari pendapat ini, bisa kita simpulkan kalau keseimbangan itu bukan sama persis 50:50. Poinnya adalah bagaimana kita sendiri bisa “puas” dengan work maupun life kita.

Contoh dari situasi work-life balance misalnya kita bisa mengerjakan urusan di kantor sesuai waktu dan masih punya waktu bagi diri kita untuk bersantai, isitrahat, quality time, maupun melakukan hobi.

Bagi orang yang bisa mencapai the so called “keseimbangan” ini, mereka nggak lagi khawatir berlebihan terhadap pekerjaan pas sudah sampai di rumah. Alhasil, tingkat stres jadi lebih rendah dan lebih bisa menikmati waktu di rumah secara optimal.

 

Perlu dicatat bahwa keseimbangan ini tergantung dengan karakteristik pekerjaan plus kepribadian seseorang. Pekerjaan dengan tuntutan yang besar bisa jadi lebih sulit untuk mencapai work-life balance.

Kepribadian seseorang juga berpengaruh pada proses menyeimbangkan work dan life. Mereka yang punya motivasi besar akan lebih mudah menerapkan keseimbangan antara kerja dan kehidupan.

 

Mengutip Matthew Kelly,

“Work-life balance bukanlah gelar atau keuntungan. Perusahaan tidak akan memberikannya. Seseorang harus menciptakan keseimbangan itu sendiri”

Guna menerapkan balance antara kerja dan kehidupan personal, kita bisa coba dengan melakukan refleksi diri. Yuk tanyakan pada diri sendiri, kira-kira apa saja yang menyebabkan stres dan tidak bahagia. Cari tahu pula bagaimana situasi tersebut memengaruhi kehidupan pekerjaan kita.

Jika kita tidak meluangkan waktu dan menganggap semuanya baik-baik saja padahal tidak, kita sendiri yang akan merugi. Let’s take care of ourselves.

 

Baca Juga:

Standing Workstation Buat Kamu yang Kebanyakan Duduk

 

Kedua, pikirkan hal apa yang perlu diubah. Misalnya pekerjaan yang dijalani saat ini ternyata berat untuk dijalani karena durasi kerja yang lama dan sering bekerja di akhir pekan. Apabila situasi ini menjadikan seseorang stres dan dampaknya semakin besar, ada saatnya untuk berpindah ke tempat kerja yang lain.

Work-life balance bukan hal yang mudah, namun bisa diupayakan. Narasi bekerja keras adalah kunci utama kesuksesan tidak selamanya benar jika seseorang sampai mengorbankan quality time untuk diri sendiri dan orang terdekat.

 

Rekomendasi Buat Kamu:

 

Buat kamu yang ingin mengembangkan leadership skill dan networking, Phoenix United hadir untukmu!

Phoenix United adalah Indonesian Leaders Society dimana kamu bisa mengikuti fun trips, dinner with CEOs, sampai networking party bersama dengan komunitas yang nggak hanya seru namun juga impactful.

Yuk join sekarang dengan klik di sini: Phoenix United Indonesia

 

Ingin dapat lebih banyak konten tentang inspirasi, bisnis, tips karir, self-development, dan lainnya? Yuk nonton di YouTube Young On Top atau klik video di bawah ini.