YOT-Malang, Design Thinking : Menjadi Kreatif dengan Empati

YOT-Malang

Senin, 5 Oktober 2015 yang lalu, YOT Malang kembali mengadakan YOT Class. YOT Class kemarin sangat berbeda dari YOT Class biasanya karena pematerinya datang jauh-jauh dari Jogja, yaitu Irfan Prabowo atau yang lebih dikenal dengan nama Fanbul. YOT Class yang diadakan di Bunch Bead cafe tersebut membahas materi tentang Design Thinking. Sebuah konsep pendekatan untuk berpikir kreatif menyelesaikan masalah. Design Thinking ini masih terbilang baru, sehingga belum banyak orang mengetahuinya.

YOT Class dimulai sejak pukul 18.30 dan tak hanya dihadiri oleh anggota-anggota YOT Malang saja, tetapi juga dari teman-teman komunitas Hipwee karena kebetulan Fanbul adalah manajer dari Hipwee. Selain itu juga ada beberapa anak muda umum yang memang tertarik dan penasaran dengan meteri Design Thinking. Kurang lebih ada tiga puluh orang yang hadir pada saat itu untuk mendengarkan materi yang disampaikan Fanbul. Fanbul sendiri mendapatkan materi tentang design thinking saat ia mengikuti pelatihan di Singapura dan Malaysia. Dirinya terpilih mengikuti pelatihan tersebut karena keaktifannya dalam dunia sosial di Jogjakarya.

Design Thinking adalah sebuah pendekatan yang dilakukan sebagai proses kreatif penyelesaian masalah. Uniknya, design thinking tidak problem centered, melainkan people centered dimana kemampuan untuk berempati kepada aspek manusia sangat menjadi pertimbangan. Mulanya design thinking digunakan sebagai proses pencarian ide kreatif di dunia bisnis dan teknlogi, namun lambat laun dapat juga diaplikasikan pada bidang-bidang lain seperti sosial, lingkungan, dll.

Hal penting yang ditekankan Fanbul sebelum memulai proses design thinking adalah menghindari penilaian di awal. “Jadi ketika ada sebuah masalah, kita tidak boleh langsung judgemental bahwa masalah ini lalu solusinya harusnya begini begitu, tetapi kita harus menahan ego itu untuk lebih dulu research pada beberapa orang untuk menggali masalah.” Jelas Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Jogjakarta tersebut. Berbeda dengan research sosial dimana si peneliti biasa menggali apa masalah yang terjadi di masyarakat, design thinking melakukan research untuk menggali apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan orang-orang.

Untuk kemudian kebutuhan dan keinginan tersebut didefinisikan. Dari hasil analisis kebutuhan orang-orang tersebutlah akhirnya sebuah ide kreatif dirancang dan diciptakan lalu diaplikasikan. Apabila sudah diaplikasikan maka harus dilakukan proses evaluasi dan kembali lagi pada tahap awal. “Wah, sebuah proses yang menguras pikiran.” Kata Fanbul. Pada mulanya memang sangat membingungkan, namun justru kebingungan tersebut yang akan membuat kita terdorong menemukan solusi. “It’s okay untuk menjadi bingung.” Kata Fanbul.

 

\"Name\"

 

Uniknya lagi, proses wawancara mendalam yang dilakukan pada tahap penggalian informasi kebutuhan dan keinginan seseorang, dilakukan dengan teknik yang tak biasa. Yaitu Persona Mandala. Pewawancara harus memiliki keahlian untuk berdialog dan bertanya secara kritis tentang apa yang dirasakan, dilihat, didengar, dipikirkan, dll kepada informan. Tanpa si informan tahu bahwa pewawancara sedang melakukan research. Jadi, harus senatural mungkin. Sehingga si informan dapat lebih terbuka memberikan jawaban.

Design thinking merupakan salah satu terobosan baru untuk membuat produk kreatif yang benar-benar dibutuhkan seseorang. Karena menurut Fanbul, seringkali kita memiliki ide kreatif untuk menyelesaikan sebuah masalah, namun ternyata solusi tersebut hanyalah ego kita semata, mimpi kita semata, bukan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh orang lain. Banyak sekali produk dengan ide luar biasa yang gagal ketika diterapkan pada masyarakat, bukan karena idenya yang buruk, melainkan karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Disinilah penekanannya mengapa empati sangat dibutuhkan. Cara lain agar ide kreatif tak hanya muncul dari ego pribadi semata, maka design thinking ini sebetulnya harus dilakukan oleh beberapa orang dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Gunanya, agar ide yang muncul adalah ide terbaik dari gabungan beberapa sudut pandang yang berbeda. Begitulah sekilas tentang YOT Class Design Thinking bersama Fanbul kemarin. Yang pasti semoga dengan adanya YOT Class Design Thinking ini lebih banyak anak muda memunculkan ide kreatif yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. (her/)

Leave a Reply

Your email address will not be published.