Arti Kerja di Rumah (Bagi Saya)

Sejak tanggal 16 Maret 2020 hingga hari ini tanggal 25 Maret 2020, dan entah hingga kapan, saya memaksa diri dan semua perusahaan saya untuk bekerja dari rumah karena pandemic Covid-19 (kecuali TopKarir dan UnionSpace  yang tidak bisa seluruh karyawannya kerja dari rumah).

Saya sudah sampaikan ke beberapa leaders di beberapa perusahaan saya kalau saya selalu penasaran sama sistem kerja yang fleksibel, bisa kerja dari mana aja (coffee shop), ngga peduliin absensi jam kerja, dan membolehkan karyawannya kerja dari rumah. Key Performance Index (KPI) seperti apa yang harus dimiliki perusahaan untuk bisa mengimplementasikan sistem kerja seperti ini?

Dua kali saya ke kantor pusat Google, kantor pusat Twitter, kantor pusat Facebook/Instagram, kantor pusat Zappos, dan kantor pusat Apple yang semuanya ada di Silicon Valley. Saya selalu nanya ke mereka yang hosting my visit tentang sistem kerja mereka yang terlihat relax. Semua bilang “its all about result”. Saya masih tetep penasaran, sehingga sekitar 6 bulan lalu saya sempat diskusi singkat sama CEO Microsoft Indonesia, Haris Izmee soal hal ini. Belum sempat mencoba mengimplementasikan apa yang ada di benak saya, pandemic Covid-19 terjadi.. dan banyak perusahaan (di seluruh dunia) ‘dipaksa’ untuk mengimplementasikan yang sekarang kita kenal dengan “WFH” alias work from home.

Apakah kita yang sudah terbiasa kerja di kantor, akan merasa nyaman untuk bisa kerja di rumah? Yang namanya perubahan, ngga ada yang nyaman. Saya cukup yakin, mayoritas karyawan akan senang bisa ngga usah ngantor. Tapi di hari ke-10 sejak kantor pusat YOT tutup sementara ini, beberapa karyawan sudah mengeluh kangen dan pengen ke kantor. Ada yang bilang, mereka kangen sama rekan kerjanya. Ada yang ngerasa, kerja di rumah banyak distraction-nya, termasuk tv dan ranjang. 🙂

Apa tips untuk bisa tetap produktif di rumah? Saya cuma bisa share apa yang saya lakukan selama 10 hari ini:

  1. Saya harus pastikan dulu my leadership teams di semua perusahaan di dalam ekosistem YOT tau apa yang secara grup ingin capai selama masa sulit ini: “Fokus Digital” (yang tadinya memang sudah ada di roadmap, langsung dinaikin ke prioritas teratas).
  2. Komunikasi via whatsapp semakin sering. Maklum, saya harus tetap memperhatikan semua perusahaan yang ada di ekosistem YOT.
  3. E-meeting dilakukan di tingkat operasional perusahaan dan di tingkat synergy antar perusahaan. Koordinasi antar tim dan antar perusahaan ngga bisa terhenti cuma gara-gara pandemic Covid-19. Justru di saat inilah, komunikasi dan koordinasi harus terjalin lebih erat.
  4. Diluar 3 poin di atas, saya mencoba untuk lebih sering menulis artikel di youngontop.com. Saya ngga mau pandemic Covid-19 ngebuat saya jadi lebih sedikit berbagi. Biar saya di rumah, saya berharap tulisan-tulisan saya bisa dibaca oleh ribuan YOTers dimanapun mereka berada. Termasuk kamu yang lagi baca tulisan ini. Thanks. Semoga bermanfaat.

Pertanyaan yang saya sendiri ngga bisa jawab saat ini: Setelah pandemic Covid-19 ini berakhir, akankah sistem dan kultur kerja di Group YOT akan berubah? Akankah ada sistem kerja yang lebih fleksibel? Akankah semua karyawan diharuskan kerja Senin-Jumat jam 09.00 – 18.00 WIB lagi? Atau, semuanya ngga perlu balik lagi ngantor, dan bisa kerja di rumah aja?

Jawabannya: I dont know. Saya belum putuskan, saya masih terus menelaah keadaan saat ini. Saya berharap semua karyawan yang ada di ekosistem YOT tau kalau perusahaan lagi menghadapi masa sulit, dan bukan bersantai-santai menikmati ‘liburan di rumah’, tapi malah berkarya melebihi biasanya dengan segala keterbatasan yang ada.

Apa arti “Kerja dari Rumah” menurut kamu? Silahkan komen ya.

See You ON TOP!
Billy Boen

Twitter: @billyboen | FB/IG: @billyboenYOT | LinkedIn: Billy Boen

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.