Belajar Persatuan dari Pela-Gandong

Gandong, la mari gandong. Mari jua ale o Beta mau bilang ale
Katong dua satu gandong Hidup ade deng kaka Sungguh manis
lawang e Ale rasa beta rasa Katong dua satu gandong.

Gandong e sio gandong e … Mari beta gendong, beta gendong ale
jua, Katong dua cuma satu gandong e Satu hati satu jantong e

 

Indonesia itu negara yang amat kaya, punya budaya yang beragam dan bersatu dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Sejak kecil dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Geografi hingga Antropologi kita pasti sudah sering membaca dan mendengar soal keberagaman ini.

Saya lahir dan besar di Indonesia bagian timur dan sempat menetap di kota Ambon, Maluku. Hal yang selalu saya gemari setiap kali pindah dari satu daerah ke daerah lain adalah belajar bahasa dan kebudayaan baru. Sungguh beruntung bisa kenal budaya Pela-Gandong selama duduk di sekolah menengah pertama di Ambon.

Pela-Gandong sendiri intinya adalah ikatan persaudaraan antara satu daerah (negeri) dengan daerah (negeri) lain di Maluku karena adanya pertalian darah. Pela-Gandong tidak lekang juga oleh waktu, karena telah berakar dan tumbuh subur dalam ladang “hidop orang basudara” (kehidupan bersaudara). Dalam Pela-Gandong terdapat nilai-nilai yang jadi acuan hidup masyarakat sehari-hari yakni Masohi (gotong royong), Patita (persamaan status), Badati (saling menolong) serta nilai-nilai saling menghormati antara satu agama dengan agama lain. *Yakob G. Malatuny & Samuel P. Ritiauw (2018)

Manisnya persatuan yang dirancang oleh para leluhur kita di masa lampau perlu betul-betul kita pahami maknanya. Karena persatuan butuh lebih dari sekedar ucapan tapi juga tindakan. Mulai dari dalam diri untuk bertoleransi, menghindari prasangka dan asumsi karena sesungguhnya Katong Samua Basudara

#MenyatukanIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published.