Dasar Pemikiran Saya Untuk Tidak Golput

Sejak saya punya hak memilih, saya ngga golput. Saya orang yang punya pendirian. Meskipun kali pertama voting, saya masih nanya ke my Mom and Dad saya sebaiknya siapa yang saya pilih. Dulu, pilihannya ngga banyak, dan rata-rata semuanya berhubungan dengan Orde Baru, jadi siapa yang saya pilih? Yang menurut saya: the less evil dan yang paling bisa memberikan harapan untuk Indonesia bisa maju. Itu dasar pilihan saya untuk tidak golput kala itu.

Gimana dengan untuk Pilpres 2019 tgl 17 April 2019?

Meski di Pilpres 2014 lalu saya terang-terangan memilih siapa (jejak digital tidak akan pernah dihapus), namun di Pilpres besok saya sudah menetapkan keputusan saya untuk tidak membeberkan apakah Paslon 01 atau Paslon 02 yang akan saya coblos.

Di tulisan ini, saya hanya mau anak muda Indonesia bisa memilih calon pemimpin bangsa ini secara rasional. Berikut dasar-dasar pemikiran saya untuk menentukan pilihan:

  1. Soal Korupsi (baca: integritas). Apakah ada Paslon secara pribadi dan keluarganya pernah terlibat korupsi atau dugaan korupsi? Menurut saya, pemimpin yang tidak korupsi, terlepas dari kemampuan memimpinnya bagus banget atau biasa aja, sudah saya anggap hebat duluan, kenapa? Karena godaan, ajakan, dan kesempatan untuk korupsi pasti besar sekali.
  2. Rekam Jejak. Paslon 01 punya rekam jejak di politik dan pemerintahan: sebagai Presiden dan pencapaian pembangunan infrastrukturnya. Paslon 02 punya rekam jejak di militer, beliau bisa mencapai posisi Jendral. Keduanya bisa mencapai puncak karir mereka masing-masing, salut. Apa saja yang telah mereka capai bisa dengan mudah kita google. Saya selalu ingatkan anak muda Indonesia untuk jangan malas membaca / memperluas wawasan; apalagi dalam hal ini, wawasan yang akan sangat menentukan Indonesia 5 tahun kedepan dan seterusnya.
  3. Siapa “Teman-temannya”. Ada peribahasa Bahasa Inggris yang bunyinya: “Birds of a feather flock together”, artinya: Orang-orang yang memiliki values dan keinginan yang sama akan bersama (temenan). Di YOTNC2019, pada sesi ultah YOT10Tahun, saya sampaikan bahwa: Selama 10 tahun, YOT bukan cuma cuap-cuap, tapi secara nyata memperlihatkan bagaimana kita semua bisa menghargai satu sama lain, terlepas dari perbedaan agama, suku, ras, status sosial, jenjang pendidikan. Saya sebagai founder YOT, agama saya Katolik, tapi faktanya 99% YOTers adalah Muslim. Dan saya MENCINTAI mereka semua, karena di mata saya, kita semua sama: INDONESIA. Saya ngga peduli agama yg dianut YOTers apa, suku dan rasnya apa. YOT telah memperlihatkan keberagaman dan toleransi yang sesungguhnya. Selama 10 tahun, YOT merayakan Idul Fitri, Natal, Waisak, Galungan. Kami saling menghormati, saling belajar, dan saling berbagi tanpa melihat perbedaan yang ada. Presiden RI haruslah orang yang menghargai perbedaan, karena Indonesia itu beragam.
  4. Pemikiran Positif / Optimis. Sebagai seorang CEO, terlepas keadaan perusahaan-perusahaan saya lagi sesulit apapun, saya harus mampu untuk terus punya optimisme yang kuat. Tim saya seringkali tidak tahu apa yang lagi perusahaan hadapi. Bukan saya berbohong atau menyembunyikan tantangan yang ada, tapi kestabilan dan keberlangsungan perusahaan menjadi tanggung jawab utama seorang CEO. Jadi, untuk Presiden RI, saya ingin Presiden yang bisa terus mengajak rakyat Indonesia untuk maju, secara positif.

Ingat, ngga ada satupun dari kedua Paslon kita yang sempurna.

Kalo soal merakyat (baik dianggap pencitraan atau tidak), Pak Jokowi yang menang; mukanya yang “ndeso” buat dia juaranya di kategori ini, nah tapi kalo soal kharisma, juaranya Pak Prabowo, beliau gagah; jelas lah, dia Jendral. Kalo soal ganteng dan siapa yang fisiknya paling fit diantara Capres dan Cawapres yang ada, ngga usah diragukan lagi, Pak Sandi juaranya; beliau sering ikutan lari marathon di banyak negara, dan banyak fans-nya.

Tapi, apakah ukuran-ukuran di atas pantas untuk dijadikan dasar pemilihan kita terhadap Presiden  dan Wakil Presiden yang akan memimpin lebih dari 270 juta jiwa di negara ini? Kalau menurut saya, banyak pemikiran rasional yang lebih pantas untuk dijadikan dasar pilihan kita untuk Pilpres 2019 dan kedepannya. Menentukan bagaimana Indonesia kedepannya bukan main-main, tanggung jawab kita sebagai warga negara Indonesia untuk tidak menganggap remeh hal ini. Kita harus memilih yang terbaik untuk bangsa ini, bukan untuk diri kita atau kelompok kita.

Kalau 4 poin di atas yang jadi pemikiran saya untuk tidak golput ngga bisa menunjuk siapa yang sebaiknya kamu pilih dalam Pilpres besok, jadikan 4 poin tersebut untuk mengeliminasi paslon yang ada. Kalau Bahasa Inggrisnya: “Vote for the less evil”, artinya: Pilihlah yang memiliki dosa/kekurangan yang lebih sedikit. Ingat, kedua paslon yang ada tidak ada yang sempurna.

Saya punya 2 pesan di akhir tulisan ini:

  1. JANGAN GOLPUT. JANGAN MALES ke tempat pemilihan suara. Beberapa menit bisa menentukan masa depan Indonesia. JANGAN NGERASA/BERPIKIR: “Ah, jagoan gua udah pasti menang”, karena kalau ada jutaan yang berpikir demikian, maka jagoan kamu akan dipastikan kalah di Pilpres besok. Inget, kalau kamu golput, jangan sekalipun ngeluh terhadap kinerja Pemerintah 5 tahun kedepan ya. Karena siapa kamu? Nyumbang suara aja ngga? #GolputNggaKeren.
  2. HORMATI PERBEDAAN PILIHAN POLITIK. Sering sudah saya sampaikan, bahwa siapapun yang terpilih, bukan mereka yang akan anterin kamu ke dokter ketika kamu sakit, melainkan anggota keluarga, rekan kerja, teman kamu! Jadi JANGAN PERNAH TARO PILIHAN POLITIK DI ATAS PERTEMANAN, PERSAHABATAN, DAN KELUARGA. Setelah 17 April, siapapun yang terpilih, kehidupan kita terus berlanjut. Kamu akan harus terus kuliah/kerja/bisnis, kamu akan harus terus menjalin pertemanan, persahabatan, dan silahturami keluarga. Sesuai dengan tema yang didengungkan YOT tahun 2019 ini: #MenyatukanINDONESIA, karena Indonesia ngga akan bisa jadi negara yang maju kalau terpecah belah.

SIAPAPUN yang terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI 2019-2024, saya janji bahwa saya akan TERUS MENCINTAI INDONESIA. Tidak akan ada yang berubah dari detik ini. Saya lahir, tumbuh, besar, meniti karir, hingga sekarang berbisnis di Tanah Air Indonesia, maka seumur hidup saya, saya dedikasikan untuk berterima kasih untuk bangsa ini. Semua yang saya lakukan baik di kehidupan saya sehari-hari, maupun di semua bisnis yang saya jalankan, harus bisa berkontribusi positif bagi Indonesia.

Ayo, ambil bagian dari pesta demokrasi, jaga perdamaian dan hormati perbedaan yang ada. Kita adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

All the best, Indonesia.

Billy Boen

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.