Diterapkan dalam Setiap Presidensi G20, Apa Itu Tri Hita Karana?

G20

Event global KTT G20 tahun ini menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah. Bali, sebagai salah satu kota cantik nan eksotis berkesempatan untuk menjadi kawasan diselenggarakannya event besar ini. Bali sendiri terkenal akan keramahan masyarakatnya dan juga kerifan lokal budayanya.

Salah satu falsafah hidup yang dipegang teguh oleh masyarakat Bali adalah Tri Hita Karana yang merupakan konsep dan ajaran dalam agama Hindu yang memiliki tiga subsistem utama, yaitu Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Apa itu?

 

Apa Itu Tri Hita Karana?

Tri Hita Karana merupakan konsep atau ajaran dalam agama Hindu yang selalu menitikberatkan bagaimana antara sesama bisa hidup berdampingan, saling bertegur sapa satu dengan yang lain, tidak ada riak-riak kebencian, penuh toleransi dan penuh rasa damai. Tri Hita Karana bisa diartikan secara leksikal yang berarti tiga penyebab kesejahteraan. Istilah ini terambil dari kata tri yang artinya tiga, hita yang artinya keseimbangan atau sejahtera, dan karana yang artinya penyebab. Ketiga hal tersebut adalah Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan.

Pertama, Parahyangan. Parahyangan berasal dari kata para (tertinggi) dan hyang (Beliau) yang artinya Tuhan. Parahyangan merupakan hubungan manusia dengan Tuhan dapat diartikan sama dengan pola pikir, konsep, atau nilai.

Kedua, Pawongan. Pawonan berasal dari kata wong (wwang dalam bahasa Jawa/Kawi) yang artinya orang. Pawongan adalah perihal yang berkaitan dengan orang dalam satu kehidupan masyarakat.

Terakhir yaitu, Palemahan. Palemahan berasal dari kata lemah (Bahasa Jawa) yang artinya tanah. Palemahan juga berarti bhuwana atau alam. Dalam artian yang sempit palemahan berarti wilayah suatu pemukiman atau tempat tinggal.

Baca Juga

Diterapkan dalam Setiap Presidensi G20

Implementasi Tri Hita Karana sesungguhnya dapat diterapkan di mana dan kapan saja. Idealnya, dalam setiap aspek kehidupan, manusia dapat menerapkan dan mempraktikkan Tri Hita Karana ini yang sangat sarat dengan ajaran etika. Seperti di masa pandemi ini, orang tidak bisa dan tidak boleh semaunya sendiri melakukan sesuatu. Seperti mengadakan keramaian, mengadakan kegiatan yang menimbulkan mobilitas manusia yang banyak.  Ajaran ini juga menitikberatkan pada cara sesama bisa hidup berdampingan, saling bertegur sapa satu dengan yang lain, tidak ada riak-riak kebencian, penuh toleransi, dan penuh rasa damai.

Untuk itu, hal ini perlu diimplementasikan oleh seluruh masyarakat Bali, terutama bagi yang terlibat dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang bertugas sebagai Liaison Officer (LO) atau petugas penghubung yang melayani perwakilan dari negara-negara anggota G20.

 

Butuh Inspirasi?

Jika kamu ingin mendapatkan informasi dan motivasi lainnya, bisa kunjungi konten tentang self development, tips karir, dan masih banyak lagi hanya di Youtube Young On Top di bawah ini.