Founder Startup Biasanya “Paper Rich”

Banyak anak muda, bukan cuma di Indonesia, tapi di seluruh dunia, yang pengen bikin startup berbasis digital/teknologi. Saya ngga tau pastinya berapa persen, tapi kalau tebakan saya, mereka mau bikin startup selain supaya bisa ‘mengubah dunia’ ke arah yg lebih baik… mereka pengen kaya. Salah? Tentu ngga ada salahnya untuk punya motivasi kayak gitu.

Trus, apa arti judul tulisan ini: Founder Startup Biasanya “Paper Rich”?

Jaman dulu, orang-orang yang tergolong kaya adalah yang punya aset properti banyak, punya perumahan, punya pabrik, punya hotel, punya perkantoran, dst. Dan untuk bisa dikategorikan sebagai orang kaya, harus kerja gila-gilaan dulu, ngumpulin duit, pinjem uang bank, baru bisa bangun perumahan, bangun pabrik, bangun hotel, bangun area perkantoran, dst. Kalau kita mulai dari nol, untuk bisa dikategorikan orang kaya, mungkin butuh waktu belasan atau puluhan tahun. Ya iyalah, mana bisa kita yang bukan siapa-siapa (mulai dari nol) ke bank dan pinjam uang bank puluhan atau ratusan miliar? Mana ada bank yang mau kasih?

Tapi, jaman sudah berubah…

Sekarang, teknologi sudah jadi komoditas. Sebuah sumber daya yang menggerakkan SEMUA sisi kehidupan manusia. Karena inilah, ‘jutaan startup’ lahir meski ada 90-95% akhirnya juga tutup. Tingkat kegagalan yang tinggi, ngga bikin generasi muda takut mencoba. Setiap tahun, masih puluhan ribu bahkan ratusan ribu startup lahir di seluruh dunia. Kita ngga akan tau data pastinya berapa, yang pasti banyak deh.

Nah, kalau bicara di Indonesia (yang saya tahu), ide startup yang masih di PowerPoint, sudah bisa dinilai Rp1M di atas kertas. Memang ada yang di bawah itu, banyak. Tapi yang di angka Rp1M hingga Rp5M, banyak banget. Yang berani kasih nilai Rp20M ngga banyak, tapi ada. Biasanya yang berani pasang valuasi segitu untuk Business Plan-nya (lebih sering dikenal sebagai Pitch Deck), adalah para founder yang sudah pernah exit, punya beberapa startup lain yang sudah tergolong sukses, intinya… bukan first time founder. Di tahap ini, kalau si founder punya 50% dari nilai valuasi startupnya Rp5M yang masih di PowerPoint, artinya si founder langsung punya nilai kekayaan: Rp2.5M.

Kalau startupnya bisa fund raising (dapetin pendanaan berikutnya) dari investor lain setelah startupnya jalan 1-2 tahun kemudian dengan valuasi Rp50M (yes, ini sangat sangat mungkin, dan banyak terjadi), dan lets say si founder kena dilusi dan sahamnya jadi tinggal 40%, artinya kekayaan si founder yang tadinya Rp2.5M, sekarang jadi Rp20M. Yes, si founder langsung jadi Multi Miliyuner.

TAPI… itu semua masih DI ATAS KERTAS. Kekayaannya belum likuid. Dan banyak banget founder di level ini yang masih susah hidupnya. Yes, mungkin dia bicara di berbagai event bicara tentang kesuksesan startupnya, tapi kalau untuk beli rumah mewah, mobil mewah, liburan mewah,.. mereka pasti masih mikir ‘1000 x’. Kalau Bahasa Inggrisnya: mereka ini “Paper Rich” alias “Kaya di Atas Kertas”.

Beda punya saham di perusahaan yang masih privat dengan punya saham di perusahaan publik yang sahamnya ada di bursa efek. Perusahaan yang masih privat, sahamnya ngga likuid. Kalau founder mau jual sahamnya untuk dapetin cash Rp1M, dia harus nawarin kemana-mana. Dan belum tentu ada yang mau beli sahamnya. Itupun harus dengan persetujuan BOD, dst. Kalau di perusahaan publik, pemegang sahamnya tinggal lepas aja ke bursa, kapanpun dia mau alias likuid.

Jadi, meski Bill Gates mayoritas net worthnya (kekayaannya) juga masih dari nilai sahamnya di Microsoft, dia sudah beneran kaya. Kekayaannya likuid. Dia udah ngga bisa dibilang “Paper Rich”, beda sama founder startup yang kayanya masih baru di atas kertas.

Moral story dari tulisan saya ini,

  1. Untuk para startup founder: Jangan sombong, jangan merendahkan mereka yang memilih karirnya sebagai karyawan. In fact, suatu hari kalian beneran kaya seperti Bill Gates pun, jangan sombong. Di atas langit masih ada langit. Dan dari sepengetahuan saya, orang yang super kaya alias “Ultra High Net Worth”, malah sangat sangat humble.
  2. Untuk yang bukan startup founder: Kagum sama startup founder boleh. Mereka risk taker, punya dream yang besar untuk mengubah dunia. Tapi untuk mengagumi mereka berlebihan dan merasa oke untuk direndahkan sama mereka, jangan. Yes, mereka keren, tapi untuk bisa sombong, ngga pantes. Belajar dari mereka, tapi jangan pernah rendah diri (malu/minder).

Mau kaya  beneran? Ambil langkah pertama. Kalau langkah pertamanya harus “Paper Rich” dulu, its okay. Yang penting, DO IT… NOW.

See You ON TOP!
Billy Boen

Twitter: @billyboen | IG & FB: @billyboenYOT | LinkedIn: Billy Boen

Leave a Reply

Your email address will not be published.