Ingin menyerah? Tidak punya privilege? Kalian harus tonton film ini!

Hi, YOTers gimana kabar kalian weekend ini? Masih semangat untuk menyambut hari senin besok? Tentu harus semangat ya, jangan mudah menyerah. Aku yakin kalian bisa menghadapi hari senin seperti kemarin. Tapi ga ada salahnya hari minggu ini dijadikan hari me time kalian dengan menonton film. Aku punya rekomendasi film motivasi yang wajib kalian tonton dan tentunya sangat menginspirasi sekali.

Life isn’t about finding yourself. Life is about creating yourself. – George Bernard Shaw

Ungkapan di atas cocok untuk menggambarkan film yang disutradarai oleh Peter levin yang berjudul ‘’Homeless to Harvard’’.  Film ini ditayangkan perdana pada tanggal 7 April 2003, memang film ini termasuk film jadul dan sudah bisa dibilang ketinggalan zaman. Namun, film ini masih cocok untuk ditonton karena masih realite dengan permasalahan anak muda saat ini. Film ini bergenre drama biografi Amerika yang diangkat dari kisah nyata. Selain itu, film ini juga termasuk film terbaik karena menerima 3 nominasi.

Saya suka sekali ungkapan yang digagas oleh George Bernard Shaw yang berarti kehidupan Ini bukan tentang mencari diri kamu sendiri tetapi bagaimana kamu menciptakan diri kamu sendiri. Karena hidup adalah sebuah pilihan sama dengan halnya kisah Liz_Murray. Liz merupakan putri kedua dari keluarga bronze yang memiliki kisah kehidupan yang bisa dibilang tidak mudah. Kedua orang tuanya merupakan pecandu narkoba, penderita skizofrenia Jean, menderita AIDS, dan tidak memiliki keterampilan sosial. Sehingga ibunya harus direhabilitasi akibat kecanduan narkoba yang parah. Sedangkan ayahnya hanya seorang pengangguran sehingga tidak bisa menghidupi keluarganya. Terkadang Liz memunggut makanan di tempat sampah dan memakan apa yang ada di rumah meskipun itu bukan makanan. Liz juga sering di bully oleh teman-teman karena tidak pernah mandi dan menggunakan pakaian yang lusuh. Namun, Liz bisa menguatkan dirinya sendiri untuk tetap bersekolah dengan kesulitan mental dan fisiknya saat itu. Karena kondisi ayahnya seorang pengangguran dan keadaan rumah yang sangat  memprihatikan, kotor, berantakan dan tidak terurus serta Liz yang tidak pernah hadir kesekolah.  Sehingga mengharuskan Dinas Sosial yang mendapatkan laporan dari sekolah  menindak lanjuti keadaan Liz Murray. Akhirnya petugas dari dinas sosial memutuskan untuk mengirim Liz Murray ke tempat penampungan anak-anak. Selama di penampungan Liz merasa tidak nyaman karena disana ia juga dibully oleh seniornya sehingga ia memutuskan untuk kabur.

Pada suatu ketika ibunya telah keluar  dari pusat rehabilitas dan tinggal dengan kakeknya serta saudara perempuannya. Liz pun mengikuti untuk tinggal bersama ibunya untuk membantu merawatnya yang divonis terkena HIV. Namun, Liz tidak betah tinggal disana karena tempramen kakeknya dan tindakan pelecahan yang dilakukan  kakeknya, sehingga Liz tidak tahan dan memutuskan melarikan diri dari rumah. Di umur ke 15 tahun dia resmi menjadi homeless yang berusaha sekuat tenaga menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja paruh waktu dan pada saat itu ia sudah berhenti sekolah . Sampai ia bertemu dengan Cris yang sama sama homelees karena  mengalami penganiaya di rumah. Mereka menjadi sahabat dan berjuang untuk hidup di jalanan dengan tidur di stasiun kereta api dan mengambil makanan dari tempat sampah. Hingga suatu ketika ibunya dikabarkan meninggal karena mengidap HIV yang ditularkan dari penggunaan jarum suntik selama bertahun-tahun akibat penyalahgunaan narkoba. Dari situ Liz mendapatkan tamparan keras oleh kematian ibunya. Ketika itu Liz mulai menyadari bahwa dia harus menentukan bagaimana masa depannya nant.  Ada satu kutipan yang paling saya ingat yang diucapkan oleh Liz pada saat itu “saya tahu pada saat ini… saya harus membuat pilihan.. saya bisa tunduk pada segalanya dan hidup dalam alasan atau saya bisa mendorong diri saya dan membuat hidup saya lebih baik.  Sehingga dia memutuskan untuk melanjutkan sekolah dengan tinggal di tempat Eva tetangga flat rumahnya yang dulu sering memberikan ensiklopedi dan berpesan supaya tidak menjadi idiot.

Pada saat ingin membuat janji interview, dia terlambat pada hari itu untuk menemui gurunya. Namun berkat semangat dan pantang menyerahnya sehingga dia berhasil membujuk pihak sekolah untuk bisa melakukan wawancara bersama David meskipun harus menunggu lama. Namun dia tidak menyia-yiakan waktunya pada saat itu sehingga dia menulis essay sebagai persyaratan masuk sekolah kembali. Dan dia berhasil masuk sekolah serta lulus dengan waktu yang cepat berkat semangatnya, pantang menyerah, dan konsistan dalam belajar. Liz haru belajar di sela sela waktu bekerjanya dengan menempalkan pelajaran di dinding dan membaca buku. Berkat ketekunannya dia berhasil masuk Harvard dengan beasiswa dari The New York Times pada saat itu. Serta Essaynya yang mampu membuat juri terpanah. Sejak saat itu Liz Murray sudah kembali dengan versi berbeda dan terbaik menurutnya.

Dari film ini kita bisa belajar bahwa kesulitan yang kita hadapi sekarang adalah bagia dari proses yang bisa membuat kita kuat dan hebat di masa depan. Jangan mengeluh apapun yang terjadi karena itu tidak akan merubah nasib kamu. Masa depan yang baik adalah mereka yang saat ini telah berani untuk keluar dari zona nyaman serta merasakan sakitnya dan lelahnya sebuah proses. Serta bisa jadi masalah yang kamu hadapi saat ini adalah suatu pembelajaran yang nantinya kamu akan mengucapkan terimakasih pada dirimu dahulu.

“You are bigger than your circumstances.”— Liz Murray