Just Perform, Finish A to Z

Hari ini, saya akan bercerita tentang value Young On Top yang menurut saya “aku banget“.

Just Perform, Finish A to Z

Just perform mengajarkan saya untuk gak gampang menyerah dan gak menyepelekan sesuatu. Finish A-Z mengajarkan saya untuk selalu memikirkan konsekuensi dan komitmen sebelum memulai sesuatu. Berani memulai, berani juga menyelesaikan.

Berdasarkan Buku Kuning YOT yang ditulis Pak Billy Boen (Founder Young On Top), kalau saya simpulkan, Just Perform and Finish A-Z itu adalah:

“Melakukan sesuatu semaksimal mungkin dan menyelesaikan dengan baik apa yang telah kita mulai, untuk mencapai hasil yang diharapkan.”

Jadi disini kita nggak hanya kerja yang penting selesai aja, dan gak kerja setengah-setengah tapi totalitas. Mengerjakan sesuatu sedetail mungkin sampai tidak ada task yang terlewatkan. Menurut saya, value ini sangat sesuai dan sangat relate dengan kehidupan saya selama beberapa tahun terakhir ini.

Let’s begin. This is my story…..

Kuliah dengan Beasiswa Penuh

Ketika lulus SMA dan mencari kuliah, saya dari jurusan IPA dan mau pindah ke IPS, otomatis saya harus belajar dari awal lagi untuk tes SBMPTN (tahun 2017). Waktu itu ada 2 pilihan kampus negeri yang saya cari, karena saya juga mengincar beasiswa Bidikmisi saat itu. Akhirnya saya apply di Politeknik Negeri Bali dan Universitas Udayana, jalur raport.

Bersyukurnya saya lolos jalur raport dan Bidikmisi di Politeknik Negeri Bali dengan segala perjuangan. Waktu SMA juga saya aktif banget organisasi OSIS, dan ekstra kurikuler, cukup sibuk dibandingkan teman-teman lainnya di kelas. Tapi ternyata saya masih bisa masuk 5 besar (masih jaman ranking), padahal sering gak ikut pelajaran karena kegiatan OSIS (saya jadi harus extra belajar diluar kelas). Bahkan beberapa kali juga saya mendapatkan juara Karya Tulis Ilmiah.

Kenapa bisa gitu? Ya karena saya selalu berusaha melakukan yang terbaik dan percaya dengan potensi yang saya punya. Saya yakin bahwa saya gak mungkin keterima jalur raport dan lolos bidikmisi kalau dulu waktu SMA saya gak serius belajar.

Aktif Organisasi, IPK tetep tinggi, Ikut lomba, dan masih bisa Freelance?

Ketika kuliah, dengan jiwa saya yang aktivis organisasi, saya nggak bisa stop diri ini untuk gak ikutan ormawa (organisasi mahasiswa). Karena di awal saya komitmen bahwa saya gak mau masuk DPM/BEM/HIMA (karena menurut saya mirip OSIS hehe), jadi saya cuma ikut UKM dan beberapa panitia lepas di kampus. Tapi gak disangka-sangka, dari saya ikut kepanitiaan itu, saya ketemu sama temen yang ikut YOT Bali, namanya Yuli, dan akhirnya saya juga aktif di YOT sampai sekarang.

Sebagai anak beasiswa, saya juga punya tuntutan terhadap kampus dan pemerintah untuk bisa lulus tepat waktu dan IPK diatas 3.00. Disamping itu juga saya sudah komitmen sama diri sendiri; “Saya sudah dimudahkan banget dengan kuliah nggak bayar, terus dikasih uang saku tiap semester. Saya gak boleh gak serius kuliah.” Dari sana saya sudah komitmen untuk memberikan yang terbaik, gak hanya ke orang tua tapi juga ke kampus dan Kemenristekdikti yang sudah membiayai saya kuliah, dan juga ke masyarakat. Gak cuma jadi mahasiswa biasa, saya juga beberapa kali ikut lomba bersama tim dan berhasil jadi finalis, pernah mendapatkan pendanaan dan dari sana saya bisa ikut Expo Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia di Bogor. Long short story, akhirnya saya bisa lulus tepat waktu 4 tahun, dengan hasil yang sangat memuaskan, bahkan bisa jadi peraih 3 besar IPK tertinggi di Program Studi D4 Manajemen Bisnis Internasional.

Bahkan di sela-sela kuliah, organisasi, dan ikut lomba tersebut, saya juga pernah buka Freelance di bidang kecantikan yaitu jasa Nail Art, Eyelash Extention & Make Up Artist! Dan saat itu saya sangat enjoy (meskipun sudah tidak dijalankan lagi semenjak pandemi).

Saya pun kadang bertanya kepada diri sendiri “Kok bisa sih?”. Saya cukup bangga dengan diri saya, karena saya selalu mengusahakan yang terbaik. Disaat saya merasa lelah untuk extra miles, saya tetap mengusahakan just perform, just do it, menurut saya itu sudah lebih baik daripada menyerah dan akhirnya gak menyelesaikan apapun.

Magang Gak Sesuai Bidang Studi, tapi Masih Bisa Dilakukan.

Jadi ketika semester 7, saya magang di salah satu kebun binatang di Bali pada Agustus 2020, yang mana itu masih pandemi, jadi usaha di Bali masih banyak yang tutup, hotel banyak tutup bahkan kalo buka pun mereka biasanya gak nerima magang. Akhirnya saya diterima di Bali Zoo, padahal awalnya gak ada kepikiran sama sekali mau magang disana, dan saya gak ada bayangan tentang jobdescnya apa.

Nah, ketika hari pertama, ternyata jobdesc saya di tim marketing waktu 3 bulan pertama itu adalah sebagai E-commerce, yang mana itu jobdescnya bikin konten untuk sosial media. Jujurly saya degdegan banget! Dan 3 bulan berikutnya saya ditempatkan di tim PR, yang mana biasanya diisi sama anak-anak Ilmu Komunikasi.

Saya gak punya background videography dan editing sama sekali, fotografi juga gak bisa. Sementara disana saya selalu berhadapan dengan hewan, syuting sama mereka, pakai kamera, adobe premiere pro, awalnya saya bener-bener shock,  dan pernah mikir bahwa saya gak akan kuat magang disini. Ketika di PR juga saya hanya mengandalkan skill komunikasi yang saya punya untuk menghandle influencer yang datang.

Dengan segenap keberanian, yang saya lakukan saat itu hanya ‘perform aja’, saya sadar diri nggak bisa melakukan hal yang out of the box karena hal tersebut bukan bidang yang saya kuasai, tapi setidaknya jobdesc yang saya pegang setiap harinya bisa saya selesaikan dengan baik. Dan saya bisa menyelesaikan periode magang selama 6 bulan tersebut dengan baik.

Awalnya Volunteer sampai bisa jadi Community Coordinator di YOT

Saya join YOT dari tahun 2018, memang pasti ada yang lebih lama, tapi bagi saya ini adalah waktu yang cukup lama untuk ada di sebuah komunitas organisasi, nemenin saya dari awal kuliah bahkan sampe lulus juga saya masih di YOT.

Bedanya itu, dulu saya cuma volunteer, gak dibayar. Terus akhirnya join kepengurusannya sebagai Vice Program Director YOT Bali di tahun 2018, dipercaya jadi Vice President tahun 2019, kemudian dipercaya lagi jadi President di tahun 2020, dan akhirnya sampai di posisi sekarang dipercaya sebagai Community Coordinator sejak April 2021 dan dibayar (freelance). Sekarang saya memonitoring YOT Kota gak hanya Bali saja, tapi juga wilayah Jawa Timur, Bali dan Lombok. Padahal dulu mau handle YOT Bali aja masih mikir takut. Tapi ternyata saya bisa.

Saya gak pernah punya mimpi untuk dibayar sama YOT, gak pernah mimpi mau jadi Community Coordinator, tapi satu hal yang pasti adalah saya gak mau membuang kesempatan karena gak semua hal bisa dateng 2x, apalagi untuk sesuatu yang memang saya sukai.

Kalo ditanya kenapa sih bisa betah lama banget di YOT? Karena dari YOT saya merasa ada di wadah belajar yang tepat, saya bisa nulis seperti sekarang ini juga latihannya dari YOT, bisa mengembangkan potensi diri dari YOT, belajar tentang decision making, leadership, problem solving, critical thingking, dan masih banyak lagi. Hingga saat ini pun saya mendapatkan pekerjaan di Bali,  tidak dipungkiri juga karena pengalaman saya di YOT. Thanks a lot YOT!

Oleh karena itu, meskipun awalnya sempat merasa terpaksa untuk lanjut di YOT Bali, saya gak pernah menyesal. Karena gak ada yang tau kondisi di masa depan akan seperti apa.

Akhir cerita……

Just perform membuat saya untuk selalu berproses, dan bisa menyelesaikan komitmen saya dengan baik. Saya percaya bahwa apapun yang kita lakukan saat ini mungkin gak dibalas saat ini juga, tapi akan menjadi berkah untuk kita di masa depan.

So just perform, just do your best, and finish well what you have started!

 

Terima kasih telah membaca cerita saya! Yuk berbagi juga tentang cerita kamu.

Leave a Reply

Your email address will not be published.