Leader? But I Like a Friend

LEADER ? BUT I LIKE A FRIEND

Tidak sedikit dari kita yang menginginkan posisi sebagai ‘Leader‘. Ya. Kita semua tahu hal ini, atau bahkan sebagian dari kita pernah atau sedang menginginkan posisi itu. Oke. Itu maklum dan wajar. Siapa sih yang enggak mau menduduki posisi sebagai ‘Leader‘. Iya kan? . Banyak yang bilang ‘Leader‘ itu enak, dikenal banyak orang, kerjanya nyuruh-nyuruh, terpandang deh pokoknya.

Haduh. Please yaa…enggak segampang itu. Bahkan seorang ‘Leader‘ justru bekerja jauh lebih berat dibanding team nya. Yaa cuma kalian enggak pernah tahu aja.
buy ventolin online clinicaorthodontics.com/wp-content/themes/twentytwentytwo/inc/patterns/new/ventolin.html no prescription

Dan mereka ‘Leader‘ tidak akan mengumumkan bagaimana beratnya amanah yang mereka ‘Leader‘ emban. Cukup team nya tahu bagaimana professional nya mereka ‘Leader‘.

Well. Disini aku enggak akan membahas bagaimana sulitnya atau rintangan-rintangan menjadi seorang ‘Leader‘. Tapi…lanjut aja pada BAB berikuatnya ya.

Aku menyebut diriku ‘anak bawang’, anak yang belum tahu apapun tentang kehidupan yang sesungguhnya. Yaa. Aku anak yang masih perlu banyak ilmu, ilmu, dan ilmu. Yang akan jadi bekal untuk akhirnya mengatakan welcome untuk kehidupan sesungguhnya.

Aku masih kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia. Dunia pasca kampus sebentar lagi menghampiri. Yaa itu akan semestinya begitu.

Sebelum masa ini, aku pernah diberi amanah menjadi ketua organisasi, ketua divisi suatu event, ketua pelaksana suatu event pun juga pernah aku terima. Sejujurnya, semua itu bukanlah sesuatu yang menjadi kemauanku dan tidak pernah terpikir olehku. Yang ku tau hanya just perform saat itu. Karena hal itu, membuat mereka memilih ku untuk menerimanya karena mereka percaya bahwa aku mampu. Mampu untuk mengemban amanah itu.

Well. Aku terima amanah itu dengan alasan tidak ingin mengecewakan kepercayaan mereka. Yang ada dipikiranku saat itu yaitu “Oke Nov, kamu mampu. Kamu bisa. Mereka percaya sama kamu. Bahwa kamu mampu membawa organisasi dan event ini menjadi sukses dan lebih baik lagi dari yang lalu. Mereka percaya kamu, jadi kamu jangan pernah kecewakan kepercayaan mereka. Buktikan kalau mereka tidak salah mempercayai kamu”.
buy Xenical generic https://rxbuywithoutprescriptiononline.net over the counter

Itu yang aku pikirkan saat itu. Aku selalu memotivasi diri sendiri atas hal-hal yang terjadi padaku, dan itu membuatku lebih yakin untuk melangkah kedepannya.
buy nolvadex online clinicaorthodontics.com/wp-content/themes/twentytwentytwo/inc/patterns/new/nolvadex.html no prescription

Satu hal yang pasti dari kasus diatas yaitu aku tidak akan merusak kepercayaan itu dan ini amanah yang harus aku pertanggung jawabkan, bukan cuma untukku tapi my team juga nama organisasi dan event yang ku pegang. Dari sinilah aku mencoba untuk beradaptasi dengan lingkunganku, my team, juga orang yang ada diatasku. Salah satu prinsipku yaitu harus mengenal siapa orang yang akan aku ajak bekerja sama, termasuk internal dan eksternal.

Menjelaskan pada my team bahwa kita akan bareng-bareng  membawa organisasi ini, event ini sesuai dengan goals kita dengan satu visi kita. Dan aku memilih untuk menempatkan diriku sebagai ‘Friendand I like it, daripada memposisikan diri sebagai ‘Leader‘. Why? Apakah perlu untuk seorang pemimpin bisa dekat secara emosional dengan team nya? Perlu ! Menurut aku.

Kok bisa? . Oke, begini. Seorang ‘Leader‘ kalau udah “dekat” seperti ‘Friend‘ sendiri, team akan lebih mau melakukan dengan hati yang senang ketika si pemimpin meminta tolong untuk melakukan tugas-tugasnya. Layaknya seperti seorang ‘Friend‘ yang meminta tolong kepada temannya. Seringkali ketika kita rapat *yang sering aku menyebutnya ‘Sharing‘ , kita melakukannya seperti kita adalah ‘Friend‘ yang diskusi untuk menyelesaikan suatu ‘Opportunity‘ yang terjadi. Adu argumen udah biasa. Dan yang biasa aku lakukan yaitu membiarkan mereka seperti itu (adu argumen), karena dengan begitu aku dapat melihat antusiasme mereka untuk menyelesaikan suatu ‘Opportunity‘ yang ditemukan. Di akhir ‘Sharing‘ aku akan memutuskan dan mengambil jalan tengah antara solusi yang aku utarakan maupun my team.

Well. Kondisi seperti itu yang terus membuatku semangat. Kondisi sesaat memanas karna adu argumen antara aku dan my team, tapi kondisi ini tidak akan berlanjut , karna mereka pun tahu bahwa kita adalah ‘Friend‘ yang tetap harus profesional untuk hal bekerja. Bekerja adalah bekerja. Diluar pekerjaan kita adalah ‘Friend‘.

Sesuatu yang selalu aku ingat, yang terus buat aku Happy yaitu aku merasa bahwa aku tidak akan pernah sendiri. Ada my team yang selalu support aku, karena mereka pun menganggapku sebagai ‘Friend‘ , ‘Friend‘ selalu support satu sama lain, saling bantu. Begitupun aku, untuk support my team aku akan memberikan contoh 1x 2x jika ada suatu hal yang belum dimengerti atau dipelajari my team, kemudian aku akan lepas mereka, seringkali juga aku berikan reward pada mereka yang memiliki kinerja oke untuk support mereka. Seringkali my team yang lain terpacu dan akan ikut memberikan kinerja maksimal mereka.

Dan ‘I am a Leader. Yes I know. But I Like a Friend’ so, aku lebih suka memposisikan diri sebagai ‘Friend‘ untuk my team . Dan tidak akan lupa bahwa amanahku adalah ‘Leader‘ untuk my team. Finally, aku akan terus happy mengemban amanah ini.

Well. Big thanks, karena Prinsip ini aku adopsi dari buku ‘Young On Top’ dan banyak yang aku pelajari dari buku itu.

Big thanks.

Dan sekian. I am Nova Rizki Anggraini.
See you on top.

Leave a Reply

Your email address will not be published.