Ngga Enaknya Jadi Pengusaha

Glamor, keren, banyak duit, bebas, makan enak, traveling terus… itu semua yg keliatan dari luar. Ngga bisa dipungkiri, hal-hal ini yang seringkali ngebuat anak muda punya aspirasi untuk jadi pengusaha. Siapa yang ngga mau dianggap keren, sukses, banyak duit? Meski uang bukan segalanya, tapi uang akan ngebuat kita jadi lebih punya pilihan dalam hidup (termasuk jadi lebih bisa banyak berdonasi).

Tapi, sebenernya, jadi pengusaha apakah segitu enaknya?

Saya mau share apa yang saya tahu dari ngebikin, ngebangun, ngegedein 9 perusahaan (plus 1 perusahaan holding) yang saya miliki saat ini.

  1. Ketika punya ide buat perusahaan, seru. Ketika perusahaan sudah dibentuk, ngebangunnya susah. Tantangan demi tantangan dateng ngga ada abisnya, bertubi-tubi. Kalau mental founder-nya ngga kuat, pasti akan nyerah, perusahaannya akan tutup. Ini berlangsung berapa lama? Yang pasti lebih dari 1 tahun. Dalam pengalaman saya, rata-rata perjuangan mati-matiannya di 3-5 tahun pertama. Khusus untuk YOT: 7 tahun perjuangan berdarah-darahnya.
  2. Ketika menulis ini, Indonesia lagi dilanda pandemic Covid-19 dan banyak perusahaan sudah memberlakukan WFH (work from home), termasuk semua perusahaan saya. Ada beberapa fungsi yang memang masih mengharuskan mereka ke kantor, tapi sebagian kecil. Saya sebagai pemilik 9 perusahaan, bukannya bisa santai, malah sekarang semua founder/direktur yg saya sebut Leadership Team di masing-masing perusahaan jadi tau bahwa saya ada di rumah terus.. dan mereka jadi lebih bebas untuk mengontek saya, untuk sekedar mengupdate, meminta advice, bikin kebijakan, dan minta approval. Ngga bisa dipungkiri, dan saya yakin, semua karyawan di masing-masing perusahaan, meskipun mereka masih bekerja ‘seperti biasanya’ (bedanya: ngga perlu ke kantor), mereka pasti akan lebih santai. Unfortunately, i cant.
  3. Untuk perbandingan aja, kecuali kamu adalah seorang CEO yang mengharuskan kamu untuk mikirin visi/strategi, action plan, hingga ke bottom line (profit), karyawan dengan jabatan apapun lainnya, tidak akan punya tanggung jawab sebesar pengusaha. Karena, pengusaha ya tanggung jawabnya: perusahaan harus bisa terus survive dan berkembang. Sama persis seperti tanggung jawab CEO. Dengan kata lain, otak pengusaha/CEO itu harus terus bergerak 24/7/365. Apa yang selalu terlintas di otak pengusaha/CEO? “Apa lagi yang bisa saya lakukan? Apa lagi yang bisa saya improve?”, dst.

Tapi yes, hal-hal enaknya jadi seorang pengusaha yang saya tulis di awal tulisan ini ada benernya. Tapi, itu semua ngga terjadi di tahun-tahun awal. Semua itu bisa dirasain, ketika perusahaannya sudah mapan. Dari 9 perusahaan yang saya miliki, hanya 4 perusahaan yang umurnya sudah lebih dari 5 tahun. 3 perusahaan belum genap 1 tahun, dan 2 perusahaan baru berumur 1 tahun lebih. Meskipun saya bukan CEO di perusahaan-perusahaan tersebut, yes, saya masih ikut turun tangan kasih strategic advice ke my cofounders/CEOs. Jadi, saya pun ngga bisa sembarang jalan-jalan terus, apalagi sekarang memang lagi harus di rumah terus karena pandemic Covid-19.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Stay safe!

See you ON TOP!
Billy Boen

Twitter: @billyboen | IG & FB: @billyboenYOT | LinkedIn: Billy Boen

Leave a Reply

Your email address will not be published.