Pemenang Nobel Desak Diskriminasi Rohingya Diakhiri

Pemenang Nobel Desak Diskriminasi Rohingya Diakhiri

Beberapa pemenang Nobel Perdamaian mendesak diakhirinya diskriminasi dan kekerasan yang dialami oleh etnis Rohingya di Myanmar. Tidak diketahui apakah Aung San Suu Kyi turut bersuara dalam desakan ini.

Desakan itu muncul di akhir konferensi yang berlangsung selama tiga hari di Oslo, Norwegia. Beberapa peraih Noberl Perdamaian menyampaikan pendapatnya atas isu Rohingya ini.

Dukung terbuka untuk etnis Rohingya, makin mendapatkan perhatian lebih dari para pemenang Nobel Perdamaian. Faktanya, selama ini mengalami penderitaan di bawah tekanan masyarakat Myanmar yang mayoritasnya Budha.

Tercatat, banyak korban telah tewas dalam kerusuhan antara etnis Rohingya dengan warga Myanmar yang terjadi pada 2012 lalu. Sementara 140.000 warga Rohingya terlantar dan terpaksa tinggal di kamp-kamp pengungsi.

"Apa yang dialami oleh etnis Rohingya sama seperti genosida. Seluruh komunitas minoritas ini dihapus secara sistematis," sebut para peraih Nobel Perdamaian itu, seperti dikutip Pakistan Observer, Sabtu (30/5/2015).

"Dunia internasional tidak berbuat banyak atas penderitaan mereka, karena dunia Barat termasuk Amerika Serikat (AS), lebih tertarik untuk menjaga hubungan baik dengan para pemimpin di Myanmar demi menjamin jalan pemimpin demokrasi Aung San Suu Kyi meraih kekuasaan," lanjut pernyataan itu.

Tidak diketahui siapa saja para penerima Nobel Perdamaian yang mengeluarkan pernyataan ini. Tetapi mereka mendukung penyelenggar konferensi yang tidak mengundang Aung San Suu Kyi, karena hingga saat ini perempuan yang diagungkan sebagai pejuang demokrasi tersebut tidak pernah mengeluarkan pernyataan sepatah kata pun mengenai etnis Rohingya.

Sebagai peraih Nobel Perdamaian dan tokoh demokrasi, Suu Kyi menunjukkan dirinya sama sekali tidak peduli terhadap etnis Rohingya. Selama ini, etnis Rohingya selalu menerima diskriminasi dan tidak diakui kewarganegaraannya oleh Pemerintah Myanmar.

Dalai Lama yang juga sebagai peraih Nobel Perdamaian, pun menegaskan bahwa Aung San Suu Kyi harus bersuara. Menurut Dalai Lama, dia sudah membicarakan hal ini secara pribadi sejak 2012. 

Pemimpin spiritual Tibet itu berharap, sebagai peraih Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi bisa berbuat sesuatu untuk Rohingya. Menurut Dalai Lama ada yang salah dengan cara berpikir manusia. Manusia kekurangan empati atas nyawa orang lain.

Sumber: http://internasional.metrotvnews.com/read/2015/05/30/400638/pemenang-nobel-desak-diskriminasi-rohingya-diakhiri

Leave a Reply

Your email address will not be published.