Pentingnya Kecerdasan Spiritual

Pentingnya Kecerdasan Spiritual

Oleh: Hagar

Kota adalah pusat dari modernitas sebuah negara. Arus teknologi dan informasi begitu cepat menyebar di perkotaan. Hal inilah yang membuat kota sangat diminati untuk menaruh asa memperbaiki taraf hidup seseorang. Akan tetapi, kepadatan penduduk di perkotaan membuat kompetisi ekonomi semakin pelik. Berjuang keras untuk mendapat pundi rupiah pun menjadi solusinya. Tak jarang, keterbatasan material menjadi alasan untuk berbuat segala cara. Mencuri, merampok, bahkan membunuh demi rupiah kerap kali terjadi di perkotaan untuk dapat bertahan hidup. Bahkan, jika perilaku segala cara masih sulit untuk ditempuh, mengakhiri hidup adalah jalan yang dipilih sebagian orang. Masih dengan alasan keterbatasan material, membuat seseorang lupa akan tujuan dari kehidupan. Rawan terjadi di perkotaan, rupiah masih menjadi sasaran utama hingga mengesampingkan nilai-nilai ketuhanan. Hal inilah yang membuat masyarakat perkotaan miskin akan spiritualitas.

Masyarakat modern perkotaan terus mengalami dekadensi moral. Sebuah fenomena pemerosotan moral bangsa tersebut dapat terlihat dari tingginya angka kriminalitas dan bunuh diri di perkotaan. Tercatat oleh redaksi Detik, pada tahun 2016, setiap 12 menit 18 detik terjadi 1 tindak kriminalitas di kota megapolitan kita, DKI Jakarta.[1] Angka kejadian bunuh diri juga tak kalah besar. Dilansir oleh redaksi Kompas, saat ini, DKI Jakarta telah mendapati 15 juta kejadian bunuh diri di tanahnya.[2] Dengan angka tersebut, DKI Jakarta menempati posisi pertama sebagai kota yang memiliki kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia. Tingkat kriminalitas dan angka bunuh diri yang tinggi merupakan bentuk dekadensi moral karena miskinnya spiritualitas. Seseorang yang miskin dalam spiritualitas akan terombang-ambing dalam kehidupannya dan mudah untuk terpengaruh oleh kerusakan moral yang kian merajalela. Untuk itu, masyarakat perkotaan perlu meningkatkan kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual akan mengisi kekosongan jiwa untuk membangun moralitas yang lebih baik bagi masyarakat perkotaan.

Ulama besar Indonesia, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah sebuah kemampuan untuk menemukan makna hidup, serta memperhalus budi pekerti.[3] Dalam jurnal yang disusun oleh Rus’an, tokoh intelektual islam lain juga berpendapat bahwa kecerdasan spiritual muncul dari dalam diri manusia, sebuah roh suci yang telah dianugerahkan kepada setiap manusia dari lahir.[4] Penitipan fitrah dari Allah kepada setiap manusia tercantum dalam QS. Al-A’raf ayat 172, Allah berfirman :

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang=orang yang lengah terhadap ini (keesahan Tuhan)”. [5]

Dengan demikian, kecerdasan spiritual akan membuat manusia mengingat kembali fitrahnya yang tentunya akan mengarahkan manusia pada budi pekerti yang baik. Menurut penulis, kecerdasan spiritual adalah kemampuan jiwa yang digunakan untuk mengenal keberadaan kita sebagai manusia untuk hidup di dunia dan posisi manusia sebagai seorang hamba di hadapan Allah. Kecerdasan spiritual berbicara tentang kenapa manusia hidup di dunia. Dengan mengetahui alasan kita hidup, maka segala perilaku akan terarah pada tujuan hidup tersebut. Kecerdasan spiritual membuat setiap orang dapat merasakan makna hidup yang tidak dapat hanya dipahami oleh kemampuan kecerdasan intelegensi dan emosional yang biasa saja.

Kecerdasan spiritual berkaitan erat dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Selaras dengan yang disampaikan oleh Zohar dan Marshall, kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan emosional secara efektif.[6] Kecerdasan intelektual adalah sebuah kemampuan jiwa manusia untuk menjalankan fungsi logika dengan baik, atau yang kita sebut dengan rasional. Sedangkan, kecerdasan emosional adalah kemampuan jiwa manusia untuk menjalankan fungsi perasaan dengan baik, sehingga dapat mengendalikan perasaan dalam setiap situasi dan kondisi. Kecerdasan spiritual akan hadir ketika kita mampu mengintegrasikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dengan baik. Oleh karena itu, Zohar dan Marshal berpendapat kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi seorang manusia.[7] hal ini dikarenakan, kecerdasan spiritual muncul dari kemampuan logika yang tinggi dan perasaan yang tinggi sehingga membentuk sebuah fenomena keseimbangan di antara keduanya.

Kecerdasan spiritual memiliki unsur-unsur terkait. Dalam jurnal yang disusun oleh Ani, unsur-unsur dari kecerdasan spiritual adalah niat ibadah dalam segala hal, berfikir dan bertindak sesuai dengan fitrah manusia, serta keihklasan hati.[8] Berpijak pada unsur-unsur tersebut, dalam sudut pandang penulis, kecerdasan spiritual mengangkat kemampuan seseorang untuk mengetahui makna dari setiap kegiatan dengan melibatkan perasaan ketuhanan ketika menjalankannya. Kecerdasan spiritual melibatkan kecerdasan intelektual untuk menghitung secara logika bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah kebenaran, dan perasaan akan mengikuti indahnya rasa dari sebuah kebenaran. Senantiasa mengingat akan tujuan kehidupan yang benar, maka disanalah timbul rasa keikhlasan hati. Seseorang akan memandang keuntungan dari sebuah pekerjaan tersebut karena akan memberikan nilai ibadah di dalamnya. Material tidak lagi menjadi tujuan utama pemilik kecerdasan spiritual. Namun, nilai pahala dengan menjadi sosok yang rahamatan il alamin menjadi sebuah kebermaknaan tersendiri untuk terus melaksanakan pekerjaan dan kegiatan yang dilakukannya.

Dengan penjelasan kecerdasan spiritual yang demikian luar biasa, mari kita lihat apa pendapat semesta. Pada kenyataannya, hari ini pada masyarakat perkotaan kecerdasan spiritual belum menjadi hal yang penting. Terlihat dari pandangan masyarakat masa kini yang berpendapat bahwa kecerdasan intelektual adalah tolak ukur kesuksesan seorang manusia di masa depan. Nilai perhitungan matematis masih menjadi rujukan favorit seseorang dapat diterima pada suatu pekerjaan. Bukan sesuatu yang salah apabila menganggap kecerdasan intelektual adalah sesutau yang penting. Namun, mengesampingkan kecerdasan spiritual adalah hal yang cukup mengkhawatirkan. Hal ini dikarenakan kecerdasan spiritual memiliki peran yang utama sebagai wujud fitrah seorang manusia untuk kembali pada Tuhan-Nya. Ketika rasa ketuhanan itu tidak dipandang, maka akan timbul sebuah kehampaan dalam hidup seseorang. Kehampaan hidup akan mengakibatkan munculnya keinginan seseorang untuk meregang nyawa. Oleh karena itu, kecerdasan spiritual dalam diri kita penting untuk diperhatikan.

Pentingnya memperhatikan kecerdasan spiritual dalam perjalanan hidup kita adalah karena kecerdasan spiritual memiliki banyak manfaat. Menurut Ani, manfaat kecerdasan spiritual diantaranya dapat membedakan antara benar dan salah, menumbuhkan perkembangan otak manusia, dan mencapai perkembangan diri. Serta manfaat lainnya adalah membangkitkan kreatifitas, memberi kemampuan bersifat fleksibel, Cerdas dalam beragama, dan menyatukan interpersonal dengan intrapersonal.[9] Dari berbagai manfaat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa kecerdasan spiritual akan memberikan sebuah peningkatan kualitas diri seseorang. Artinya, kita dapat menjadi sosok yang lebih unggul dalam menjalani kehidupan ketika kecerdasan spiritual terus kita kembangkan. Hal ini dikarenakan keseimbangan intelektual dan emosional, akan menumbuhkan sebuah kecerdasan tertinggi yaitu spiritual yang tentunya akan membuat seorang manusia memiliki makna dalam menjalani setiap akitivitas kehidupannya. Hidup akan jauh lebih tentram, karena hal-hal mulia akan memenuhi pikiran kita. Maka dari itu, dengan banyaknya manfaat dari kecerdasan spiritual bagi diri kita, sehingga kita perlu meningkatkan kecerdasan spiritual.

Dalam menjalani kegiatan atau pekerjaannya, pemilik kecerdasan spiritual selalu memandang sisi mulia atau kebermanfaatan bagi orang disekitarnya. Hal ini dikarenakan pemilik kecerdasan spiritual senantiasa membawa tolak ukur bahwa setiap kegiatan yang bernilai ibadah akan membawa dampak baik bagi dirinya maupun orang lain. Pekerjaan yang bernilai ibadah, dianggap mampu menjadi rahmatan il alamin sehingga akan membantu orang lain untuk mempermudah segala urusannya. Maka dari situlah, muncul sebuah rasa puas ketika melakukan sesuatu dimaknai sebagai hal yang mulia. Dengan demikian, dalam melangkah di masa hidupnya, pemilik kecerdasan spiritual akan mengerti untuk apa dan mengapa mereka hidup. Sehingga, prinsip makna kehidupan akan dipegang teguh untuk menjadi sebuah pijakan. Tentunya, hal ini akan berbeda dengan seseorang yang miskin spiritual. Mereka tidak mengerti nilai serta makna kehidupan ini, maka kehidupan akan dipenuhi keraguan dan mudah terbawa arus negatif di masyarakat. Meskipun orang seperti ini tetap bisa mapan secara materi, akan tetapi mereka miskin dalam spiritualitas. Akibatnya, kehampaan hidup akan menghinggapi waktu-waktu yang mereka lalui. Sehingga, memperhatikan spiritualitas akan membawa sebuah makna bagi kehidupan kita agar hidup jauh lebih terarah untuk melakukan kegiatan yang mulia di mata Allah.

Kecerdasan spiritual adalah tolak ukur ketaqwaan kita kepada Allah. Memiliki kecerdasan spiritual berarti kita telah melibatkan segala perasaan ketuhanan dalam setiap kegiatan dan pekerjaan yang kita lakukan. Aktivitas didasarkan prinsip “karena Allah” sehingga kehidupan akan terarah menjadi seseorang yang jauh lebih bertaqwa. Semakin kita mengembangkan kecerdasan spiritual, maka semakin penuh makna kehidupan kita untuk melakukan kegiatan semata-mata karena Allah. Bahkan, kecerdasan spiritual ibarat senantiasa membawa Al-Qur’an dalam perjalanan hidup. Artinya, Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia yang berisi segala perintah Allah akan menjadi fokus utama untuk menjalani setiap aktivitas kehidupan. Sehingga, pekerjaan yang dilakukan bernilai mulia untuk orang disekitar kita, sebagai bentuk ajaran islam yang rahmatan il alamin. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual akan jauh dari dekadensi moral maupun kehampaan hidup karena hidupnya senantiasa terarah oleh nilai-nilai islam.  Maka dari itu, kita sebagai seorang muslim perlu untuk meningkatkan kecerdasan spiritual untuk  menjadi hamba yang bertaqwa.

Dari berbagai rujukan di atas, kebermaknaan hidup akan diperoleh setiap orang yang mengembangkan kecerdasan spiritual.  Kebermaknaan hiduplah yang akan membuat hidup seseorang dipenuhi dimensi spiritual dalam setiap aktivitasnya. Hidup tanpa sebuah kebermaknaan akan menimbulkan kekosongan spiritualitas. Kebermaknaan hidup dengan nilai keislaman akan membuat kehidupan menjadi lebih tentram dan indah. Sebagai seorang warga muslim perkotaan tentunya hiruk pikuk pengejaran materi akan membuat energi spiritual kurang diperhatikan. Sehingga, mengisi kehidupan dengan menggali makna hidup akan menumbuhkan kebermaknaan atas setiap aktivitas pekerjaan yang kita jalani. Kebermaknaan akan mengarahkan kita menjadi manusia yang lebih berkualitas dengan berbuat lebih mulia lewat prinsip “karena Allah”. Semakin mendalami kebermaknaan kehidupan, maka semakin besar perilaku mulia yang kita hasilkan demi mencapai sebuah ketaqwaan kepada Allah.

 

 

Daftar Pustaka

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro. 2005.

Detik. “Kapolda Metro: Kejahatan di Jakarta Terjadi Tiap 12 Menit 18 Detik”. Agustus 30, 2018. https://news.detik.com/read/2016/12/30/083928/3384009/10/kapolda-metro-kejahatan-di-jakarta-terjadi-tiap-12-menit-18-detik

Kompas. “Tekanan hidup Tinggi Banyak Orang DKI Bunuh Diri”. Agustus 28, 2018. https://megapolitan.kompas.com/read/2014/09/11/16254871/Tekanan.Hidup.Tinggi.Banyak.Orang.DKI.Bunuh.Diri

Maslahah, Ani Agustiyani. “Pentingnya Kecerdasan Spiritual dalam Menangani Perilaku Menyimpang.” KONSELING RELIGI Jurnal Bimbingan Konseling Islam 4. No.01 (2013): 1-14.

Rus’an. “Spiritual Quotient (SQ): The Ultimate Intelligence.” Lentera Pendidikan 16. No.01 (2013): 91-100.

Yantiek, Ermi. “Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Prososial Remaja.” PERSONA Jurnal Psikologi Indonesia 3. No.01 (2014): 22-31.

[1] Detik, “Kapolda Metro: Kejahatan di Jakarta Terjadi Tiap 12 Menit 18 Detik”, diakses 30 Agustus 2018, https://news.detik.com/read/2016/12/30/083928/3384009/10/kapolda-metro-kejahatan-di-jakarta-terjadi-tiap-12-menit-18-detik

[2] Kompas, “Tekanan hidup Tinggi Banyak Orang DKI Bunuh Diri”, diakses 30 Agustus 2018, https://megapolitan.kompas.com/read/2014/09/11/16254871/Tekanan.Hidup.Tinggi.Banyak.Orang.DKI.Bunuh.Diri

[3] Rus’an, “Spiritual Quotient (SQ): The Ultimate Intelligence,” Lentera Pendidikan 16, No.01 (2013): 91-100.

[4] Ibid.

[5] Al-Qur’an, 7: 172.

[6] Ermi Yantiek, “Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Prososial Remaja,” PERSONA Jurnal Psikologi Indonesia 3, No.01 (2014): 22-31.

[7] Ibid.

[8] Ani Agustiyani Maslahah, “Pentingnya Kecerdasan Spiritual dalam Menangani Perilaku Menyimpang,” KONSELING RELIGI Jurnal Bimbingan Konseling Islam 4, No.01 (2013): 1-14.

[9] Ibid.