Perempuan Juga Punya Masa Depan

Kategori tulisan : Inspirasi

 

Perempuan Juga Punya Masa Depan

Topik kesetaraan gender memang bukan topik yang baru bagi kita. Topik ini jelas menjadi masalah besar yang belum juga menemui jalan terangnya. Bagaimana tidak, sudah banyak kajian dan kampanye namun tidak sedikit orang yang menyepelekannya. Di negara kita harus diakui budaya patriarki masih mendominasi hamper di segala bidang, tak terkecuali menentukan masa depan. Perempan yang sekolah tinggi kerap kali dianggap hanya membuang uang saja, karena manfaat dari perempuan jika berkuliah hanyalah jangka pendek. Perempuan yang telah lulus kuliah biasanya menikah atau syukur-syukur bisa merasakan dunia kerja namun tidak lama. Paling lama satu sampai dua tahun setelah itu menikah. Kalau sudah berkeluarga buat apa lagi bekerja, ‘kan sudah ada tanggung jawab yang lebih berat yaitu menjadi istri dan ibu. Stigma bahwa perempuan harus kembali pada kodratnya.

Sikap merendahkan posisi wanita bukan hanya oleh laki-laki saja. Banyak pula perempuan yang memang merasa lebih rendah dari laki-laki. Ini tidak lepas dari stigma yang sudah melekat dan dianggap suatu kewajaran karena memang itulah yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat kita. Perempuan harusnya tidak termakan stigma ini. Karena perempuan hidup bukan untuk mereka, tapi perempuan hidup untuk dirinya sendiri. Jelas pemikiran ini harus diubah. Jika tidak, maka selamanya upaya untuk menyetaraan gender itu hanya imajinasi. Sudah tidak perlu lagi berkampanye karena mereka, para perempuannya saja mengiyakan sikap laki-laki atau sesama perempuan untuk direndahkan. Mereka sendiri. Jadi buat apa diperjuangkan juga.

Masih mengenai kesetaraan gender, miris sekali rasanya kepada perempuan-perempuan yang tetap gentar memperjuangkan mimpinya. Setelah mereka menikah dan memiliki anak malah dianggap egois, gila kerja, tidak mau memerhatikan dan tidak peduli dengan keluarganya sendiri. Mengapa bisa cara berpikir orang pada tahap yang sebodoh ini. Lagi pula alasan kalau perempuan sudah berkeluarga yang tetap bekerja di mana letak kesalahannya? Apakah suami jadi tidak terurus? Apakah sebegitu manjanya seorang laki-laki?

Banyak fenomena yang kita temui justru ketika istri yang tidak pernah dibekali keterampilan atau pengalaman kerja jika suatu saat ditinggal oleh suaminya entah karena bercerai atau suami meninggal dunia, istri hanya akan mengandalkan apa yang ditinggalkan suaminya yang suatu saat pasti akan habis. Istri akan bergantung terhadap orang lain . Istri tidak bisa mandiri. Sehingga solusi sering kali dilakukan oleh perempuan adalah dengan cara menikah lagi, bukannya dengan bekerja. Perempuan menikah lagi bisa saja terjadi bukan atas dasar rasa cinta, tapi untuk menutupi segala kebutuhan dia dan anaknya.

Berkaitan dengan isu kesetaraan gender yang penulis angkat, penulis menentang tegas warisan leluhur yang aneh ini. Warisan yang jika terus-menerus berkelanjutan hanya akan membuat derajat perempuan tak bisa sederajat dengan lelaki. Stigma aneh yang melekat ini mesti dibuang jauh. Pengakuan dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari bahwa derajat perempuan dan lelaki sama tak ada yang lebih tinggi harus segera menjadi kenyataan bukan hanya bualan saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published.