Perpustakaan dan Teknologi Part 2

Munculnya teknologi sistem otomasi perpustakaan menjadikan rutinitas di perpustakaan yang awalnya di dominasi oleh tenaga manusia kini terbantu  dengan hadirnya sistem seperti ini (Taufiq Mathar 2020). Software di bidang otomasi yang cukup terkenal dan banyak digunakan pada perpustakaan di Indonesia yaitu Senayan Library Management System (SLiMS) (Kurniawan et al. 2020). Karena penerapannya yang mudah dan gratis aplikasi SLiMS menjadi pilihan alternatif bagi perpustakaan dalam mengelola koleksi maupun layanan. Selain itu, ada Integrated Library System Lite (INLISLite) yang dimiliki dan dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional RI sejak tahun 2011. Untuk menggunakannya dapat mendownload melalui laman resmi INLISLite di https://inlislite.perpusnas.go.id/ (Taufiq Mathar 2020).

Namun, Belum semua perpustakaan dapat menerapkan teknologi informasi secara menyeluruh dalam kegiatan pengelolaan maupun layanan koleksinya. Seperti perpustakaan sekolah yang memiliki keterbatasan dalam sarana dan prasarana sesuai semisal hardware, lemahnya pemahaman terhadap konsep akuisisi perpustakaan, atau tidak adanya tenaga pengelola perpustakaan. Sehingga pengelola perpustakaan dituntut untuk mengerjakan kegiatan perpustakaan juga mengurusi beberapa hal selain tanggung jawab di perpustakaan (Safii et al. 2020). Keterbatasan dana menjadi kendala yang paling sering dijumpai disetiap perpustakaan (Kurniawan et al. 2020).

Oleh karena itu, dalam penerapan sistem otomasi perpustakaan dibutuhkan komponen komponen dasar seperti hardware, software, dan sumber daya manusia yang akan mengoperasikan dan mengawasinya (brainware). Apabila salah satu komponen tidak berfungsi dengan baik, akan berpengaruh terhadap kinerja sistem secara keseluruhan yang menjadi tidak optimal (Taufiq Mathar 2020).