Positif Boleh, Toxic Positivity Jangan!

fake smile

Menghindari masalah dan menutupinya dengan ungkapan penyemangat yang salah tempat bisa-bisa membuat emosi negatif kita jadi tertumpuk, ibaratnya kaya bom yang bisa saja sewaktu-waktu meledak. Hal ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental. Padahal emosi negatif juga wajar untuk diekspresikan agar mental kita stabil, lho. Jika kamu tengah mengalami hal ini, tandanya kamu tengah terjebak dalam Toxic Positivity, YOTers!

Apasih Toxic positivity itu?

Istilah ini ditujukan pada kondisi saat seseorang menuntut diri pribadi maupun orang disekitarnya untuk selalu bersikap positif dan menyangkal seluruh emosi negatif seperti sedih, kecewa, rasa bersalah, takut, marah yang dirasakannya. Apabila dilakukan secara kontinu, hal ini justru memicu beragam masalah kesehatan mental seperti cemas dan sedih berlebihan, gangguan tidur, stress, depresi, dan hal fatal lainnya.

Gimana cara mengetahui seseorang terjebak dalam Toxic Positivity?

Ada beberapa ciri yang bisa kita kenali, diantaranya:

  1. Menyembunyikan perasaan yang tengah dirasakan
  2. Seringkali terkesan menghindari masalah
  3. Merasa bersalah saat emosi negatif muncul
  4. Membandingkan diri sendiri atau orang lain, “Kamu masih mending, lah aku…”
  5. Menuntut diri sendiri dan orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif, misal “Jangan sedih, dong! Kita tuh harus happy kiyowok!”
  6. Menyemangati orang lain namun terkesan meremehkan, misal “Ah semangat dong, masa dikasi cobaan segitu aja kamu nyerah sih?”
  7. Sikap optimis namun tanpa empati

Emosi positif terkadang memang perlu untuk menguatkan diri sendiri maupun orang lain sebagai bentuk simpati. Namun, mengindahkan sama sekali emosi negatif juga bukan tindakan yang baik. Kalo kata orang biasanya mah, berlebihan itu tidaklah baik.

Emosi negatif yang bisa dikelola dengan semestinya justru menjadi pemantik yang dapat membantu kita untuk mengambil suatu tindakan ataupun memperbaiki perilaku kita yang sebelumnya dirasa kurang. Daripada berlarut-larut menghindari emosi negatif dan menyalahkannya, kamu hanya perlu menerima bahwa emosi negatif wajar dirasakan oleh dirimu dan juga orang lain, sebagai bagian alamiah dari menjadi manusia yang memiliki beragam emosi.

Terus, apa yang bisa dilakukan untuk menangkal Toxic Positivity?

Kamu bisa melakukan beberapa hal berikut:

  1. Jangan sangkal emosi negatif, cukup terima dan kelola. Sesekali tak masalah untuk mengungkapkan perasaanmu, coba ceritakan pada seseorang yang kamu rasa dapat memahami perasaanmu, bisa juga dengan melakukan daily reflection di jurnal.
  2. Cukup mengerti, jangan menghakimi. Perasaan negatif bisa muncul karena berbagai hal, cobalah untuk mengerti perasaan tersebut. Bila seseorang bercerita padamu, berempatilah, biarkan ia meluapkan emosi negatif yang tengah ia rasakan, jangan justru melontarkan kalimat yang judgemental apalagi membanding-bandingkan masalahmu dengannya.
  3. Kurangi interaksi dengan hal yang memicu Toxic Positivity. Entah itu seseorang ataupun sosial media yang bisa saja membuatmu triggered. Lebih baik waktu yang ad digunakan untuk melalukan me time, mengasah skill, menyelesaikan pekerjaan yang ada, dan hal lainnya.
  4. Jika kamu terlanjur dalam kondisi ini, dan merasa Toxic Positivity benar-benar memengaruhi kualitas hidupmu, jangan sungkan untuk langsung berkonsultasi ke psikolog.

Setelah kamu mengetahui seluk-beluk Toxic Positivity dan cara menangkalnya, kamu mesti banget menerapkan hal-hal tersebut. Ingat, emosi negatif itu normal, YOTers!

 

Hikmah – Marcomm Staff YOT Banjarmasin

Referensi : alodokter.com

Credit photo : istockphoto.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.