Saya Gendut? Ya Emang Iyaa!!

Saya Gendut? Ya Emang Iyaa!! young on top

Hay YOTers!

Kembali lagi Bersama saya Akmal, HR Staff Young On Top.

“Saya gendut? Ya emang iyaa!” Sejak kecil, saya memang sudah diberikan kelebihan yang namanya berat badan. Lemak dan ukuran badan saya sudah pasti melebihi ukuran orang-orang yang seumuran dengan saya. Dan dengan ukuran bentuk saya ini, saya sering dibilang “Gendut” oleh semua orang yang bertemu dengan saya, kondisi ini membuat saya dijadikan objek bully oleh teman – teman saya ataupun orang lain yang baru bertemu dengan saya.

Bentuk bully seperti apa sih? Banyak, ada bully secara verbal ataupun secara fisik. Dari yang hanya dibilang “hey gendut!”, “hahaha buntelan kentut” , “njir, perut lu kaya toren pinguin le!” dan “wah ada raksasa bungoo” sampai secara fisik seperti jaman saya SD dulu. Dimana saat pulang bareng teman-teman sekolah dengan berjalan kaki, tiba-tiba mereka lari meninggalkan saya sambil teriak “ayo le, pasti gak bakal bisa lu ngejar kita”. Awalnya masih saya kejar tapi lama-lama capek juga karena setiap hari digituin, jujur saya sempat kesal dan marah, “apa sih orang mau jalan bareng – bareng biar bisa ngobrol ini malah selalu ditinggalin lari”, ya pada akhirnya saya jadi jalan sendiri bahkan sampai sempat saya menghindar dengan bergabung naik mobil antar jemput sekolah. Semua perlakuan bully seperti ini sempat membuat saya down dan juga minder dengan bentuk tubuh saya.

Di masa-masa down dan minder karena kondisi badan, saya sempat mencoba untuk diet. Dietnya saya memang gak sampai ekstrem sih seperti, ikut kegiatan olah raga, mengurangi konsumsi nasi bahkan pernah mencoba makan cuma 1x dalam sehari. Sempat berhasil tapi tetap saja naik-naik lagi timbangan saya, sampai saya berfikir “apa jangan-jangan kalau saya minum air putih aja bisa jadi lemak ya” adeeuuhh ☹

Lalu apa sih yang membuat saya sekarang bisa up dan nyaman lagi dengan kondisi badan saya seperti ini? Berikut adalah cara saya bisa up dan nyaman lagi dengan kondisi badan saya yang “Gendut” ini :

 

  1. Belajar Cuek

Menurut saya penting untuk belajar cuek karena saya sadar gak akan mungkin jika saya selalu menghindar dan meminta orang untuk tidak mem-bully saya. Maka dari itu lebih baik saya belajar untuk cuek, dalam artian tidak perlu memperdulikan omongan orang lain terkait kondisi badan saya yang jelas tidak akan membantu dan tidak ada manfaatnya bagi saya. Kritik saran itu bagus tapi yang perlu diingat gak semua omongan orang harus kalian telan mentah-mentah guys.

  1. Kenali Potensi lain dari Diri Sendiri

Kenali potensi besar yang ada dalam diri kita guys. Setelah saya belajar cuek dengan perbuatan bully tersebut, saya sebagai seorang pengamat dan pendengar terbaik seperti tulisan saya sebelumnya pada laman www.Youngontop.com (check link di bawah), saya mengamati bahwa saat saya di-bully, saya memiliki potensi untuk membuat orang-orang disekitar saya tertawa dan senang, tanpa disadari hasil mem-bully saya itu berbuah hal positif untuk lingkungan saya. Atau bisa dengan apa sih potensi yang kita punya? Apakah kita jago dalam olah raga, seni, musik dll? Apabila memang kita memiliki potensi itu kenapa kita masih harus berfokus pada badan kita yang “Gendut” ini? Maka lebih baik kita menggali potensi besar apa yang kita miliki agar menjadi daya pikat selain bentuk tubuh kita yang “Gendut” ini.

  1. Berdamai dengan “Gendut”

Setelah 2 poin diatas, poin ketiga ini yang jauh lebih penting. Karena saat kita sudah bisa menjadi cuek dan memiliki potensi yang bisa kita kembangkan serta banggakan, akan sangat percuma jika kita belum berdamai dengan bentuk badan kita yang “Gendut” ini. Maka berdamai untuk menerima bahwa “ya memang seperti ini saya, saya gendut dan itu tidak masalah” dan bahkan bisa menjadi sebuah hal yang positif itu akan jauh lebih baik. Contohnya, saya sadar dan berdamai dengan kondisi perut saya yang besar lalu saya memiliki potensi agar orang-orang sekitar saya untuk tertawa maka saya manfaatkan besarnya perut saya dengan menggerakkannya lalu berkata “mau lihat tari perut gak” dan semua orang itu akan tertawa serta senang. Pada saat itulah saya melihat hal positif yang ada dalam bentuk badan seperti saya.

 

So, kenapa harus malu mempunyai tubuh “Gendut”? Jika potensi diri kita itu lebih besar dari sekedar bentuk fisik yang kita miliki. Yuk kita beri respect kepada semua orang dan berbagi hal positif lainnya.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat, jika ada kritik saran mohon dituliskan pada halaman komentar ya guys. Selamat membaca 😊

 

Artikel lain dari saya:

https://www.youngontop.com/read/164889/adaptasi-seorang-introvert/

 

Terimakasih,

Akmal – HR Staff Young On Top

#KataHCkita

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.