Wanita Bisa Setara atau Tidak? Atau Memang Kodratnya untuk Tunduk terhadap Pria?

Di budaya mayoritas patriarki Indonesia, sangat susah menjalankan kesetaraan gender ini apabila per individu (tidak berkelompok). Mulai dari struktur sampai pemikiran/ideologinya. Tekanan masyarakat bahkan bisa membuat drop kesehatan mental bagi minoritas ini (pejuang kesetaraan gender). Apakah kita harus “hanya perlu berdiam diri”? Atau mendobrak kultur merendahkan salah satu pihak gender?

Kualitas yang terkadang hanya dimiliki salah satu gender (lebih besar), yang bisa terjadi juga pada rumah tangga/jabatan perusahaan dengan hasil wanita yang lebih top mengharuskan “mau tidak mau” dan “suka tidak suka” wanita akan mengambil peran sebagai pemimpin/atasan. Bagaimana jika pria ini menolak? Bisa dibayangkan jika yang bukan ahli nya memegang kendali. Ada error bahkan fatal akibatnya.

Misal wanita itu kritis & realistis, sedangkan sang pria hanya bisa pasrah? Tentu akan berbeda hasilnya. Jika dipimpin wanita cenderung bisa stabil. Tapi jika sebaliknya, ya hanya.. bahkan tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari (Hanya mengandalkan faktor eksternal saja).

Kunci : hanya ada 1 nahkoda di 1 kapal. Tentu saja diwewenangkan oleh sang ahli nahkoda tersebut. Terbebas dari gender apa dia berasal.