Mahasiswa Dalam Kolaborasi Kearifan Lokal dan Era Society 5.0

Begitu pesatnya perkembangan teknologi saat ini membuat dunia sudah berada di gerbang era Society 5.0, dimana teknologi digital sudah mulai digunakan untuk membantu kehidupan manusia secara langsung. Perkembangan teknologi dunia yang semakin pesat dan maju telah membawa manfaat yang begitu besar bagi kemajuan peradaban manusia, salah satunya peradaban bangsa Indonesia. Indonesia yang merupakan negara besar dengan berbagai macam corak budaya dan kearifan lokalnya pun ikut merasakan perkembangan teknologi digital yang begitu pesat. Perkembangan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia, dengan berbagai macam kearifan lokalnya, Indonesia harus mampu mempertahankan identitas bangsa dan warisan nenek moyang terdahulu. Kearifan lokal yang merupakan warisan budaya dan juga ciri khas bangsa yang berasal dari nenek moyang bangsa Indonesia harus tetap dapat dilestarikan dan dapat dijaga eksistensinya di kalangan masyarakat.

Dalam menghadapi perkembangan teknologi menuju era Society 5.0 Indonesia harus siap dengan berbagai macam ancaman dan tantangan yang harus dihadapi dalam mempertahankan kearifan lokal bangsa. Salah satu ancaman nyata yang ada ialah mulai luntur dan dilupakannya nilai-nilai kearifan lokal akibat arus globalisasi yang tidak terbendung, karena saat ini kearifan lokal hanya sebatas diucap tetapi tidak dilaksanakan, padahal nilai-nilai kearifan lokal tidak hanya sekedar diucapkan dari mulut tetapi harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu setiap elemen masyarakat harus terus menjaga dan juga melestarikan kearifan lokal yang ada di Indonesia tak terkecuali mahasiswa.

Mahasiswa yang merupakan agen perubahan bangsa harus memiliki peran lebih dalam mempertahankan kearifan lokal bangsa Indonesia menuju era Society 5.0. Mahasiswa adalah orang terdidik yang harus bisa menjadi garda terdepan dalam pertahanan kearifan lokal bangsa. Mahasiswa harus memiliki peran mengedukasi masyarakat dan juga mengembangkan kearifan lokal yang ada dengan inovasi yang kolaborasikan dengan perkembangan teknologi yang ada untuk menghadapi era Society 5.0. Mengedukasi disini diartikan bahwa mahasiswa harus dapat memberikan pemahaman terhadap masyarakat bahwa perkembangan teknologi tidak dapat dijadikan alasan untuk melupakan dan meninggalkan kearifan lokal yang selama ini menjadi Identitas bangsa Indonesia, sedangkan maksud dari pengembangan sendiri ialah mahasiswa bersama segenap masyarakat dapat bekerja sama dalam pengembangan kearifan lokal yang dapat dipadukan dengan berbagai macam perkembangan teknologi yang ada.

Mahasiswa yang paham dan melek akan teknologi harus memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa teknologi yang berkembang dapat digunakan untuk pengembangan kearifan lokal yang ada. Mahasiswa memiliki peran sentral dalam kolaborasi kearifan lokal dan teknologi. Contoh yang dapat kita ambil misalnya penggunaan hologram yang sudah digunakan di beberapa acara di Indonesia seperti acara Monas Week dapat dipadukan dengan pertunjukan wayang. Perlu kita sadari bahwa pertunjukan wayang di era saat ini sangat sepi peminatnya, hal ini tentu sangat miris padahal dalam pentas pertunjukan wayang banyak kearifan lokal Indonesia yang dapat di tampilkan. Maka dari itu dengan adanya pengedukasian masyarakat dan pengembangan inovasi yang dilakukan mahasiswa, pertunjukan wayang dapat dipadukan dengan hologram sehingga kearifan lokal yang ada dapat terus lestari dan mampu mengikuti perkembangan zaman.

Selain itu contoh lain yang dapat digunakan ialah penggunaan drone untuk pemetaan hutan, penggunaan drone untuk pemetaan hutan saat ini sangat lazim digunakan di negara-negara besar termasuk Indonesia. Hal ini dapat di kolaborasikan dengan Hutan larangan adat Desa Rumbio yang mempunyai nilai kearifan lokal pelestarian hutan, masyarakat di sana dapat memanfaatkan drone sebagai sarana pengawasan hutan. Masih banyak contoh lain yang dapat diambil misal Cingcowong upacara meminta hujan di Sunda yang memiliki nilai kearifan lokal penunjukan kekuasaan Tuhan, Sadranan Gunung Genthong di Jawa Tengah yang memiliki tujuan sebagai sarana pengucapan syukur kepada tuhan, dan Pawai Dugderan di Semarang sebagai acara penyambutan bulan Ramadhan dapat dijadikan inovasi wisata melalui berbagai macam publikasi di media sosial sehingga dapat menarik dan terus eksis di zaman yang akan datang.

Maka dari itu Mahasiswa harus menjadi penggerak dan menjadi garda terdepan dalam mengedukasikan dan pengembangan inovasi kearifan lokal tanpa mengurangi nilai-nilai kearifannya tetapi juga dapat mengikuti dan memanfaatkan perkembangan teknologi menuju era Society 5.0.