Hati-hati dengan Self-Diagnose, Mengapa?

Self-diagnose bisa dipahami sebagai proses diagnosis keadaan medis seseorang berdasarkan buku, artikel, atau sumber lainnya dan dilakukan oleh diri sendiri. Meskipun sumber untuk self-diagnose valid, namun diagnosis sebaiknya dilakukan oleh ahli.

 

Mengapa orang melakukan diagnosis sendiri?

Arus informasi dan kemajuan teknologi menjadikan informasi tentang kesehatan mudah diakses di internet. Ketika mengalami gejala A misalnya, seseorang bisa melakukan pencarian pada browser dan menemukan kemungkinan penyakit atau kondisi apa saja yang dialami.

Namun akses informasi yang mudah ini perlu disikapi dengan bijak, salah satunya berhati-hati saat melakukan self-diagnose. Jangan mudah berasumsi tentang kondisi kesehatan fisik atau mental hanya dengan satu gejala.

Sebagai contoh, seseorang merasa pusing. Ia membaca beberapa kemungkinan penyakit dan menganggap bahwa ia menderita penyakit tertentu, berkat self-diagnose yang dilakukan. Padahal bisa jadi rasa pusing tersebut muncul akibat kurang tidur namun ia tidak menyadarinya.

 

Bahaya self-diagnose

  • Melewatkan diagnosis terhadap penyakit tertentu

Psychology Today menjelaskan bahwa bahaya terbesar self-diagnose terhadap keadaan gangguan psikologis adalah kemungkinan seseorang melewatkan penyakit medis yang tersembunyi di balik masalah kejiwaan.

 

  • Mengabaikan peran dokter sebagai pihak ahli

Dokter dapat berperan sebagai “cermin” untuk melihat diri sendiri secara lebih jelas.Terkadang gejala psikologis tertentu berkaitan dengan kondisi kesehatan fisik dan dokter memiliki kompetensi untuk mengidentifikasinya.

Selain itu mengacu pada Psychology Today, self-diagnose akan menimbulkan masalah ketika seseorang berusaha menyangkal gejala yang dialami. Tidak hanya melebih-lebihkan gejala, seseorang bisa saja meremehkan gejala karena menganggap bahwa keluhan yang dialami hanya hal yang biasa-biasa saja.

 

Informasi boleh terus berjalan karena di era kemajuan teknologi, membendungnya adalah pekerjaan yang sulit. Setiap orang pun bebas mencari apapun di internet dan memanfaatkan akses secara optimal.

Namun penting untuk dicatat bahwa setiap orang harus mampu menyikapi informasi dengan bijak. Artinya seseorang sebaiknya tidak menelan informasi mentah-mentah dan mencegah self-diagnose tanpa berkonsultasi pada ahli, misalnya dokter atau psikolog. Saat merasa ragu, hindari membuat asumsi dan temui pihak ahli.

 

Rekomendasi untuk Kamu:

Mental Health and Mental Fitness, Apa Bedanya?

Rekomendasi Drakor Mental Health Issues 2

 

Ingin dapat lebih banyak konten tentang inspirasi, bisnis, tips karir, self-development, dan lainnya? Yuk nonton di YouTube Young On Top atau klik video di bawah ini.