Kesehatan Mental Gen Z, Ini Pentingnya Kita Peduli

Pembicaraan tentang kesehatan mental di kalangan Gen Z memang lebih vokal dibanding generasi-generasi sebelumnya. Ini menunjukkan kalau kesadaran terhadap mental health semakin tinggi.

Yuk pahami seberapa penting peduli terhadap mental health bagi Gen Z. Namun sebelum itu kita harus paham dulu siapakah Gen Z ini.

 

Siapakah para Gen Z?

Si paling gaul dan serba digital, itulah Gen Z. Mereka adalah anak-anak yang lahir di tahun 1997-2012 dan besar di tengah kemajuan pesat teknologi informasi dan komunikasi, a.k.a. internet dan ponsel pintar.

Sayangnya Gen Z dibayangi oleh isu mental health dimana salah satu trigger-nya adalah pandemi Covid-19. Sekolah, kuliah, dan bekerja yang beralih menjadi online memicu orang-orang menjadi stres dan tertekan.

 

Kesadaran Gen Z terhadap kesehatan mental lebih tinggi

Hal yang menyorot perhatian adalah Gen Z punya kesadaran lebih tinggi terhadap mental health. Menurut American Psychological Association (APA), situasi saat ini memang nyusahin alias bikin stres semua orang, tapi anak-anak muda ini sangat merasakan dampak dari situasi yang ada di luar kendali mereka.

Apa saja situasi di luar kendali? Ya contohnya berita buruk yang berseliweran di media dan juga pandemi.

Nah APA juga bilang kalau tingginya persentase Gen Z menyampaikan tentang situasi mental yang buruk ini juga bisa jadi indikator kalau mereka memang lebih sadar dan menerima bahwa isu kesehatan mental is real.

 

All talks about mental health

Kabar baiknya, karena semua orang di internet terutama Gen Z ini menulis tentang isu mental health, akhirnya orang lain bisa terdorong untuk lebih terbuka untuk bercerita. YOTers pasti mengalami sendiri kalau media sosial berhasil menghubungkan Gen Z dengan orang-orang di luar sana.

Kita bisa relate dengan situasi yang dialami orang lain, sehingga kita juga bisa mengidentifikasi jika ada sesuatu yang salah dengan diri kita.

Pun demikian ketika orang lain berbagi tentang cara mereka mengatasi isu mental health tersebut. Kita jadi punya opsi tentang apa yang harus dilakukan daripada stuck sendirian.

Misalnya nih ada orang yang bercerita pengalaman dia konsultasi ke psikolog dan terbantu untuk merasa lebih baik. Pengalaman semacam ini akan membuat orang lain juga lebih berani untuk pergi ke psikolog.

Sekarang kita bahas topik utama kita yuk!

 

Pentingnya peduli pada kesehatan mental untuk Gen Z

 

  • Risiko stres yang tinggi

Sadar atau tidak, Gen Z punya risiko stres yang tinggi. Pandemi, resesi ekonomi, perubahan iklim, situasi politik yang tidak stabil, sampai tekanan dari masyarakat adalah beberapa masalah yang harus dihadapi.

Nggak cuma itu, Gen Z yang sedari kecil terpapar internet jadi rentan mengalami stres karena menyaksikan konten-konten yang mungkin menjadi trigger atau menjadi korban cyber bullying dan pelecehan di internet.

Baca Juga: Mental Health dan Mental Fitness. Apa Bedanya?

Dampak yang bisa timbul dari situasi stres tersebut adalah masalah psikologis seperti kecemasan dan depresi. Inilah yang jadi alasan kenapa kita harus peduli pada kesehatan mental.

Berdasarkan survei McKinsey & Company, rupanya para Gen Z ini punya positive life outlook atau pandangan positif terhadap kehidupan yang lebih rendah dibanding generasi yang lebih tua. Satu dari empat responden Gen Z merasa tertekan secara emosional (25%). Angka ini hampir dua kali lipat dari responden milenial dan Gen X (masing-masing 13%).

 

  • Gen Z adalah bagian dari masa depan

Anak-anak hari ini adalah pemimpin masa depan, that’s it. Inilah alasan mengapa kesehatan mental Gen Z menjadi begitu penting. Kita butuh Gen Z untuk menjadi leaders, mulai hari ini maupun di masa depan nanti. Terlebih, angkatan tertua dari Gen Z sudah mulai masuk ke dunia karir.

Lebih dari 9 dari 10 Gen Z yang sudah dewasa (91% wow) telah mengalami setidaknya satu gejala fisik atau emosional akibat situasi stres. Gejala yang dialami adalah merasa depresi atau sedih dan merasa kurang motivasi dan energi.

 

  • Generasi yang kesepian

Dijelaskan oleh Western Governors University, ada salah satu riset yang menyebutkan kalau Gen Z ini generasi yang paling kesepian, how sad. Ada banyak hal yang mereka hadapi dan harus kelola mulai dari jam tidur, hiruk pikuk media sosial, dan dunia yang terus berputar di sekeliling mereka.

 

What’s next?

Setelah tahu tentang risiko masalah mental health dan pentingnya peduli pada isu ini, kita harus tahu apa yang harus kita lakukan berikutnya yakni “bagaimana cara mengatasinya”.

 

  • Minta bantuan profesional di bidang kesehatan mental

Jika mengalami gejala gangguan psikologis, bantuan dari profesional adalah hal yang kita butuhkan. Mereka bisa membantu kita memberikan diagnosis sesuai dengan keilmuan mereka, memberi saran pengobatan, dan memberikan saran tentang apa yang bisa kita lakukan.

 

  • Lakukan self-care 

Mulai dengan merawat diri sendiri adalah langkah yang bisa kita lakukan. Merawat diri adalah bentuk kepedulian pada diri sendiri.

Pastikan untuk makan dengan baik dan memenuhi kebutuhan gizi, tidur cukup, berinteraksi dengan teman, keluarga, atau orang terdekat lainnya, juga melakukan aktivitas fisik seperti olahraga.

 

  • Manfaatkan ponselmu untuk mendukung kesehatan mental

Benda kotak pipih di genggaman itu nggak cuma untuk scrolling atau stalking. Keterikatan kita pada smartphone ini bisa kita manfaatkan. Coba unduh aplikasi yang membantu untuk meditasi, aplikasi journaling, atau layanan konseling online.

Selain itu kita juga bisa manfaatkan konten edukasi yang dibuat para dokter, psikolog, psikiater, atau lembaga yang bergerak dalam isu mental health.

 

Baca Ini Juga Yuk

 

Kamu sering merasa ngga produktif padahal udah ngelakuin banyak hal?

Atau suka merasa bersalah kalau pas libur cuma tidur-tiduran aja? Hmm mungkin itu tanda kamu kena “Productivity Shame”. Mau tau tips menghilangkannya gimana?

Yuk ikutan YOT Talk kali ini karena akan mengupas tuntas tema yang penting yaitu “Tips Menghindari Productivity Shame.” bersama narasumber inspiratif Kak Rahmad (Founder & CEO Literasi Psikologi Indonesia) dan ada juga Kak Eunike (Psikolog Klinis Asosiat Yayasan Cintai Diri Indonesia) dengan host Diana.

YOT Talk ini gratis dan kamu bisa dapatkan e-certificate. Klik di sini untuk mendaftar.

 

Butuh inspirasi?

Kamu ingin dapat motivasi dan inspirasi? Yuk tonton konten tentang self-development, tips karir, dan masih banyak lagi di YouTube Young On Top atau klik video di bawah ini.

 

Referensi:

American Psychological Association – Gen Z more likely to report mental health concerns 

McKinsey & Company – Addressing the unprecedented behavioral-health challenges facing Generation Z 

Verywell Mind – Why Gen Z Is More Open to Talking About Their Mental Health 

Western Governors University – Stress, mental health, and Generation Z.